17

1.7K 195 8
                                    

"Pasien tidak apa-apa. Keningnya juga sudah kami perban. Pasien pingsan akibat luka juga rasa traumanya. Anda semua tidak perlu khawatir. Setelah ini, pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat." Jelas dokter.

Semua orang bernafas lega mendengar penjelasan dari dokter.

"Pindahin adek gue ke VVIP Room." ucap Jeonghan dan dokter itu mengangguk.

"Ada tambahan lagi gak, han? Sebelum gue pindahin Hao ke VVIP Room, kalau ada yang mau lo omongin, bilang aja sekarang. Soalnya gue juga banyak pasien." Ucapnya.

"Gak ada. Lo kerja aja sana. Gue cuma mau bilang adek gue pindahin ke VVIP Room aja. Thankyou, Hyuk." Dokter yang bernama Min-hyuk itu mengangguk.

Setelah itu, Min-hyuk pergi dari sana.

•••

╔.★. .═══════════╗
VVIP ROOM
╚═══════════. .★.╝

Di ruangan ini hanya diisi oleh Jeonghan, Joy, Wendy, Irene, Seulgi, dan 3 makhluk astral. Joy duduk di samping Minghao dan menggenggam tangan sang anak yang tidak dipasang infus. Dia mengecup punggung tangan sang anak dengan penuh kasih sayang.

"Siapa Xiuhuan?." Tanya Wendy.

"Mantan kekasih Minghao, juga penyebab trauma Minghao. Dia yang membuat Minghao trauma hingga berbulan-bulan karena ulahnya. Minghao takut suara keras seperti petir, juga suara yang lantang seperti bentakan. Apalagi kekerasan fisik, dia takut semua itu. Hidup Minghao di penuhi dengan rasa kasih sayang, sebab itu dia langsung trauma dengan kekerasan. Walau itu hanya pukulan biasa, dia tetap takut." Jelas Jeonghan.

"Keterlaluan sekali dia." Gumam Irene yang geram.

"Anak manis seperti dia harus mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain." Kata Seulgi.

'Pasti ini akan terjadi lagi. Aku akan menelepon Seungcheol'

"Mom, Han keluar bentar." Ijin Jeonghan dan mendapat anggukan dari Joy. Jeonghan segera berjalan keluar dan mencari ponselnya.

•••

Seungcheol yang mendapat panggilan dari sang istri dengan segera mengangkatnya. Jika tidak di angkat, bisa bahaya nanti nyawanya.

"Halo?."

"Cheol-a. Kau masih di markas?."

"Iya. Kenapa, sayang? Ada sesuatu?." Tanya Seungcheol.

"Kau tahan saja si Xiu atau kau serahkan ke ayah dan Yuhao."

Seungcheol bingung.

"Kenapa begitu?."

"Aku takut Minghao akan seperti dulu saat dia baru sadar. Bisakah kau ke sini? Aku tidak kuat jika sendirian. Hanya kita berdua yang bisa melakukan ini."

"Baiklah. Aku akan kesana sekarang. 15 menit aku akan sampai."

Ia paham dengan maksud Jeonghan. Dengan segera ia menutup panggilan itu dan berpamitan. Kaki panjangnya berjalan dengan langkah lebarnya dan menuju ke mobilnya. Dirinya masuk dan langsung menyalakan mesin mobil lalu melesat pergi dari sana.

Ia mengendarai mobilnya dan membelah jalan di malam hari. Matanya yang fokus ke depan dengan pandangan tajamnya. Sungguh menawan sekali. Kemeja dengan lengan yang di gulung, rambut yang terbelah memperlihatkan dahinya membuat kesan tersendiri baginya.

TERJEBAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang