Karena topik yang kupikirkan sepanjang malam dan yang baru saja kuperbincangkan dengan Mikael sebagian besar adalah tentang Aiden, aku jadi kepikiran tentangnya.
'Sekarang, dia sedang apa ya?'
... Eh, kenapa aku penasaran soal itu?
Aku sangat tidak menyukai anak kecil, sungguh!
Tapi, kenapa sekarang jadi begini?
Apakah ini karena adanya ikatan batin antara seorang ibu dengan anaknya?
Hih! Aneh sekali menyebut diriku sendiri sebagai seorang ibu.
Padahal, yang terakhir kali kuingat, aku masihlah seorang gadis baru dewasa yang masih lajang.
"Oh? Elani!"
Ketika aku tidak sengaja melihat sosok dayangku itu, aku segera berseru dan berlari kecil untuk menghampirinya.
"Ya, Nyonya. Apa ada yang anda butuhkan?"
"Apa kau tahu di mana Aiden sekarang?"
"Saya rasa Tuan Muda sedang menghadiri kelas, Nyonya. Seharusnya Tuan Muda sedang bersama gurunya sekarang."
"...."
Dengan dahi berkerut, aku tiba-tiba termenung ketika menyadari tingkahku sendiri.
'Kenapa aku sampai harus berlari hanya untuk menanyakan itu pada Elani? Kenapa pula aku sepenasaran itu dengan apa yang sedang Aiden lakukan sekarang?'
Duh, kenapa mulut dan tubuhku bergerak sendiri sih!
"Apakah anda ingin menemui Tuan Muda, Nyonya? Jika iya, saya akan memandu jalannya," sahut Elani lagi.
... Ah, itu benar sih.
Untuk apa juga menyangkalnya, iya kan?
"Tunjukkan jalannya padaku."
Senyum perempuan itu seketika merekah.
"Baik! Mari ikuti saya, Nyonya."
***
Karena alasan yang tidak kuketahui, hatiku terasa tidak nyaman dan perasaanku pun juga tidak enak setibanya aku di depan ruangan yang menjadi lokasi tujuan kakiku melangkah.
Entah mengapa jadi begitu.
Ketika melihat pintu di hadapanku, yang masih tertutup rapat, segelintir perasaan ragu mulai merayap.
'Haruskah aku mengetuk dan masuk?'
Latar kedatanganku kan hanya karena penasaran, bukan karena sesuatu yang penting.
Apa tidak masalah? Atau, apa sebaiknya kutemui Aiden nanti saja? Kalau sekarang, sepertinya aku akan mengganggu kegiatan belajarnya. Lagi pula, kalau bukan sekarang, masih ada banyak wakt—
Cetasss!
Sebuah bunyi tidak umum yang tiba-tiba memekak telingaku sontak membuatku melotot.
Aku yakin bahwa itu bukanlah suara yang lumrah untuk didengar dari sebuah ruangan yang diisi oleh sepasang murid dan guru yang tengah melakukan proses belajar-mengajar.
Karena kejanggalan itu, aku tanpa pikir panjang langsung menarik gagang pintu. Persetan soal tata krama dan sopan santun, aku menerobos masuk tanpa permisi.
Dan, betapa terkejutnya aku ketika pemandangan yang lebih mengerikan daripada imajinasiku kini terpampang jelas dan nyata di depan kedua mataku.
Di sana, Aiden dengan celana yang digulung hingga setengah betis, berdiri dengan kaki gemetar di atas sebuah kursi kayu pendek. Tubuh mungil yang gemetaran itu memunggungi pintu dengan kepala menunduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/373803499-288-k998799.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Have A Child and Husband [END]
Historical FictionSetelah siuman pasca tenggelam, Katarina dikejutkan oleh fakta bahwa ia telah bersuami dan memiliki seorang anak laki-laki berusia empat tahun. Yang menjadi masalah adalah ... Katarina tidak ingat! Kapan dirinya menikah? Kapan dirinya melahirkan ana...