Aku tidak suka pesta sebenarnya. Itu sebabnya sebisa mungkin aku selalu mencari alasan untuk tidak menghadirinya.
Orang-orang bahkan pernah mengingatku sebagai, 'Katarina de Truman, putri sulung Count Truman yang anti-sosial' ketika usiaku masih remaja awal.
Sayangnya, untuk pesta kali ini, aku tidak bisa berdalih sebab Ayah sudah lebih dulu mengancamku. Karena itu aku menurutinya—karena aku tidak mau dinikahkan sebagai selir kedelapan seorang bangsawan tua bangka.
Ayah begitu memaksaku untuk datang sebab pesta yang digelar di aula istana malam ini adalah pesta pertunangan antara Mikael van Coner dan Opelia de Ronen, penerus Duke Coner dan satu-satunya putri Marquess Ronen.
Yang satu keponakan Raja, dan yang lainnya putri seorang menteri.
Mereka adalah keturunan orang-orang besar dengan status terpandang.
Maka dari itu, aku tidak merasa heran ketika Ayah begitu memaksaku untuk hadir. Mengingat kembali tabiat Ayah yang begitu haus akan kekuasaan dan martabat keluarga, sudah pasti aku harus ikut ditumbalkan.
Karena ini adalah pesta pertunangan penerus Duke Coner dan putri pejabat negara, sudah pasti tamu yang hadir bukan berasal dari golongan orang-orang rendahan, melainkan kumpulan tokoh-tokoh penting. Mulai dari yang berpangkat tinggi, anggota keluarga bersejarah, hingga orang terkaya di negara.
"Yang kau punya hanyalah wajah dan tubuh yang cantik. Karena itu, kau harus memanfaatkannya untuk menggaet lelaki kaya."
Tiap kali ada pria yang datang menghampiriku, mengajakku minum dan mengobrol seraya sibuk mencuri-curi pandang ke belahan dadaku, kalimat yang sempat Ayah katakan beberapa jam lalu terus terngiang di dalam benakku.
'Aku memang tidak mau menikah dengan Count Owen dan dijadikan selir kedelapan, tapi bukan berarti aku mau memakai pakaian seperti ini dan memamerkan tubuhku kepada orang-orang!'
Ibuku sama saja dengan Ayah. Kalau tidak, mana mungkin ia memberikan gaun berpotongan dada yang begitu rendah ini kepadaku? Bahkan seluruh punggungku terekspos sempurna ketika memakainya.
Sialan, aku benar-benar didandani untuk menjadi seorang jalang!
Aku sudah tidak tahan. Menanggapi belasan lelaki hidung belang yang datang menghampiriku silih berganti dengan membawa pikiran-pikiran mesumnya membuatku mual.
Persetan soal omelan Ayah. Itu akan kupikirkan nanti. Untuk sekarang, lebih baik aku keluar dari sini, mencari udara segar, kalau bisa sekalian kabur.
Aku berhenti melangkah setelah tiba di luar lalu memejamkan mata, menikmati hembusan angin malam yang bertiup lembut menerpa wajahku.
"Hahh ... sekarang baru aku bisa bernapas," ucapku setelah menghela napas panjang.
Aku menikmati keheningan yang menyuguhkan ketenangan, tanpa mau membuka mata sebab aku terlalu enggan untuk menghadapi kenyataan lagi. Untuk sesaat, biarkan aku menikmati kekosongan dan berfantasi.
Seandainya ada cara untuk kabur ...
Seandainya ada cara untuk tidak dijual ...
Seandainya ada cara untuk tidak menjadi jalang ...
Sungguh, seandainya saja ada jalan untuk keluar dari kehidupan pahit ini, aku rela menukar semua yang kumiliki.
Karena itu, 'Kumohon, siapa pun, tolong bantu aku. Akan kuberikan apa saja, jadi tolong selamatkan aku ...'
Kretek!
Aku refleks membuka mata dengan tubuh tersentak ketika mendengar suara sebuah ranting kayu patah akibat diinjak oleh seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Have A Child and Husband [END]
Historical FictionSetelah siuman pasca tenggelam, Katarina dikejutkan oleh fakta bahwa ia telah bersuami dan memiliki seorang anak laki-laki berusia empat tahun. Yang menjadi masalah adalah ... Katarina tidak ingat! Kapan dirinya menikah? Kapan dirinya melahirkan ana...