Setelah pingsan, aku lanjut tertidur untuk waktu yang kurasa cukup lama.
Dari mana aku tahu? Karena aku bermimpi, dengan alur yang begitu beragam dan panjang.
Jangan bertanya seperti apa alur bunga tidurku karena itu sama sekali tidak penting.
Mimpiku semalam sama absurd-nya dengan mimpi-mimpiku lainnya selama ini. Jadi jangan berharap bahwa mimpiku tadi bisa menjadi petunjuk dan jawaban atas kebingunganku saat ini.
Kalau bisa, sebenarnya aku pun juga mengharapkan itu. Namun ...
Ya sudahlah.
Sepertinya tidak semudah itu jalanku untuk memecahkan rasa penasaranku atas situasi janggal yang menimpaku saat ini.
Ketika sensasi dingin dan basah menyentuh kulit tanganku, aku memaksakan diri untuk membuka mata. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat Tuan Mikael tengah duduk di tepi ranjang sembari menyeka tubuhku dengan handuk basah.
Dengan mata melotot sempurna, aku segera menarik tanganku darinya, juga menyambar selimut dan menutup sekujur tubuhku hingga sebatas dada.
Pasalnya—entah bagaimana ceritanya—sekarang aku hanya mengenakan pakaian dalam!
"Kau sudah bangun?"
'Apa? 'Kau sudah bangun', katamu? Apa hanya itu yang bisa kau katakan setelah melihat tubuh setengah telanjang seorang perempuan?!'
Andai saja aku boleh memaki secara berani di depan wajahnya ...
Hah, strata sosial sialan!
"Apa yang anda lakukan kepada saya, Tuan?"
"Aku? Hanya menyeka tubuhmu."
"Itulah yang saya tanyakan. Kenapa anda menyeka tubuh saya sekarang?"
"Sudah pagi. Sudah waktunya membersihkan tubuhmu."
Jawaban singkat dan enteng seakan merasa tak bersalah itu membuatku menggigit bibir, menahan geram. Pria ini sungguh membuatku mati-matian menahan diri untuk tidak mencecar kasar.
"Memangnya di kediaman ini tidak ada pelayan? Yang perempuan," ujarku lagi, dengan penekanan di akhir.
"Ada. Kau pun punya dayang pribadi. Namanya Elani. Apa kau mengingatnya?"
Aku tidak peduli soal itu! Mau namanya Elani atau siapa pun, yang kupertanyakan hanya satu!
"Jika saya bahkan punya seorang dayang, kenapa anda yang melakukan ini?"
"Memang kenapa? Biasanya juga begini."
'Hah, pria ini benar-benar!' Aku membatin gemas bercampur jengkel.
"Semenjak kau tidak sadarkan diri, aku yang selalu melakukan ini," susulnya lagi.
'...? Memangnya selama apa aku tidak sadarkan diri? Sampai dia menggunakan kata 'selalu' begitu,' pikirku bingung.
Ah, sudahlah! Itu akan kupikirkan nanti. Yang harus kukatakan kepadanya sekarang adalah,
"Anda tidak perlu melanjutkannya lagi. Saya bisa membersihkan tubuh saya sendiri. Saya akan pergi ke kamar mandi sekarang dan berendam di dalam bak berisi busa mandi sampai tubuh saya benar-benar bersih," ujarku tegas, penuh penekanan.
"Memangnya kau sudah bisa bergerak?"
Oh, sial! Dia membuatku kalah telak!
Apakah penyihir kemarin tidak bisa menyembuhkanku sampai seluruh kondisiku pulih seperti semula? Sekujur tubuhku masih terasa mati rasa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Have A Child and Husband [END]
Narrativa StoricaSetelah siuman pasca tenggelam, Katarina dikejutkan oleh fakta bahwa ia telah bersuami dan memiliki seorang anak laki-laki berusia empat tahun. Yang menjadi masalah adalah ... Katarina tidak ingat! Kapan dirinya menikah? Kapan dirinya melahirkan ana...