Entah sudah tahun berapa lelaki bernetra sapphire itu merasa kehilangan separuh hati nya. Semenjak Halilintar berkuliah di luar negeri, Taufan menjadi pendiam di kelas nya.
Kedua teman nya pun selalu menganggap Taufan gila, tidak biasa nya ia seperti itu.
Sekarang, mungkin sudah tidak di bilang beberapa bulan yang lalu. Karena Taufan sudah masuk kedalam dunia perkuliahan selama dua tahun dan hubungan mereka masih berjalan dengan jarak jauh namun tetap saling berkomunikasi.
Sebuah mobil hitam sudah terparkir di area mansion yang terlihat sangat mewah. Seorang remaja keluar dari dalam mobil itu lalu memasuki mansion tersebut dengan pelayan yang menyambut diri nya.
Iris sapphire nya menelusup isi dalam rumah yang mewah itu. Ia sedang mencari seseorang bersurai biru yang membuatnya terpaksa datang kemari.
"unty upan!(aunty Taufan!)" Mata nya seketika berbinar saat mendengar suara teriakan cempreng dari anak kecil yang berlari kecil kearah nya.
"dek Angin!" Taufan merentangkan tangan nya memberi ruang untuk keponakan kecil nya masuk kedalam pelukan hangat.
Yap. Anak kecil itu adalah keponakan Taufan, alias anak dari Beliung dan Voltra. Mereka sudah menikah tidak jauh saat Halilintar pergi meninggalkan nya. "Ngin angen unty upan!(Angin kangen aunty Taufan!)"
Wajah anak itu mirip dengan ibu nya, bahkan sifat aktif nya menurun dari Taufan. "Hahaha, kemarin baru ketemu masa sekarang udah kangen lagi, hm?" Pipi gembul anak kecil itu ia cubit pelan lalu mengusap rambut nya.
"Humph!" Angin mengangguk lucu. "Nda di apul, agi acak (bunda ada di dapur, lagi masak)" Seakan membaca pikiran nya si kecil itu memberi tau Taufan jika ia sedang mencari sang kakak.
"Kalo gitu ayo temui bundamu itu" ucap Taufan seraya menggendong badan mungil nya dengan senyuman lebar dari kedua nya.
"Kak?"
"Eh? Taufan? Sudah datang ternyata" setelah mengelap tangan nya Beliung membalikkan badannya sambil tersenyum melihat sang anak dan adik nya itu terlihat sangat dekat.
Sedangkan Taufan melirik ke arah meja makan, ia melihat anak kecil terduduk di kursi khusus balita yang mirip sekali dengan anak yang berada di gendongan nya.
Dia berjalan menuju kursi itu lalu mendudukkan si kecil di sebelah kembaran nya. "Angin di sini dulu ya sama Petir" Ujar nya yang langsung di jawab dengan anggukan.
"Ngapain manggil aku ke sini?" Tanya Taufan begitu melihat Beliung membereskan alat dapur yang sudah ia cuci. "Kakak mau pergi, jadi kamu jaga mereka ya?"
"Aku? Sendiri? Jaga mereka berdua?" Taufan menunjuk kedua anak yang berada di meja makan dengan tatapan polos mereka. Beliung mengangguk. "Bisa kan? Angin seperti nya senang jika kamu menjaga nya" mata nya melirik melihat kedua anak kecil tersebut yang berbeda sifat.
Taufan menghela nafas nya. "Baiklah.." final Taufan, akhirnya ia menuruti. "Baguslah, bawa mereka berdua ke ruang bermain mereka ya" perintah Beliung yang langsung melenggang pergi setelah memberi pesan kepada kedua anak nya dan mengecup kening mereka.
"Nda au mana?(bunda mau kemana?)" Salah satu dari mereka berbicara, menatap Taufan. "Kata nya mau keluar sebentar. Kalian sama aunty aja ya" jawab nya sambil mengusap surai halus anak bernama Petir itu.
Singkat cerita Taufan membawa mereka ke kamar setelah puas di ruangan bermain. Kali ini kedua anak tersebut nampak anteng di pangkuan Taufan yang menatap layar laptop, menampilkan seseorang yang sangat ia rindu jauh di seberang sana.
"Kenapa? Kok cemberut gitu sih, sayang. Kangen sama aku ya.." Taufan mendengus mendengar godaan dari kekasih nya. "Udah tau pake nanya" ia membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALITAU [BXB + YANDERE]
Teen FictionBagaimana jika, murid baru yang berstatus omega, dan ketua osis berstatus alpha pada sekolah baru sang omega ini, mencintai nya dengan tulus. Begitu juga dengan teman teman nya yang lain. Halilintar Zalyenn Thunderstorm bukan hanya menjadi ketua OSI...