13

3.3K 261 28
                                    


  Suasana memcekam di tengah rumah besar itu...
Beruntung Aidan sudah Ardian bawa ke dalam kamarny dan kini hanya tersisa ketiga putranya karena istrinya ikut menemani putra bungsunya....

"Siapa yang memberi tau kakek tentang adik kalian?" Ardian memperhatikan ke tiga putranya yang tampak sangat tenang setelah membawa kabar yang mengejutkan..

"Apakah daddy sudah pikun, siapa kakek dulu, apakah menurut daddy kakek perlu di beritahu terlebih dahulu tentang apa yang terjadi di keluarga nya" Daffa menyeringai kala melihat tatapan daddynya itu...

"Ayolah dad, daddy tau sendiri kakek seperti apa dan semua perintahnya harus di turuti, ini hanya pemberian lambang keluarga Marendra tidak lebih" ujar Naufal menatap Ardian yang kini justru memijat keningnya frustasi....

"Tapi tidak secepat ini, apa kalian lupa, bahkan adik kalian masih belum menerima kita seutuhnya" tegasnya sedangkan ke-tiga putranya kini terlihat santai menanggapi hal itu .....

"Berarti dia harus terbiasa dengan peraturan dan tradisi keluarga kita yang mewajibkan semua anggotanya mempunyai tanda pengenal, meskipun dia belum menganggap kita" Aldy menyandarkan tubuhnya....

  Seharusnya sudah biasa bahkan tradisi pemberian tato lambang keluarga adalah hal yang wajib di keluarga besar Marendra, bahkan seharusnya keturunan mereka akan mendapatkan tato itu ketika berumur 7 sampai 10 tahun dan sekarang sudah sangat telat untuk Aidan bukan?

"Maaf dad, tapi kakek tidak memberikan sebuah pilihan, kita akan tetap berangkat kerumah kakek besok karena disana kakek sudah mempersiapkan semuanya" Daffa bangkit terlebih dahulu meninggalkan daddy dan juga kedua adiknya....

"Lagian hanya sebentar dad" Aldy ikut bangkit bersama Naufal meninggal Ardian yang semakin terdiam menatap ketiga putranya....

"Ayah, apa didikan yang ayah kasih pada putraku sebenarnya" ujarnya....











   Ardian membuka pintu kamarnya perlahan dan tersenyum menatap pemandangan di mana istrinya yang tengah memegang majalah namun tangannya senantiasa mengelus kepala putranya yang sudah terlelap....

"Apakah putra kita sudah sedari tadi tidur" Ardian menghampiri istrinya mengambil majalah yang sejak tadi wanita cantik itu pegang....

"Tidak terlalu lama, mungkin baru 15 menit yang lalu putra kita terlelap, dia bilang tidak bisa tidur kalau ada orang tapi aku memaksa dan lihat dia sangat nyenyak" Bella tersenyum jika mengingat perdebatan kecil dengan putra bungsunya walaupun putranya masih terus memanggilnya tante....

"Besok kita pergi ke rumah ayah, beliau sudah tau keberadaan Aidan dan tidak ingin menunda pemberian tanda itu " gumamnya pelan menatap lembut putranya yang sangat damai saat terlelap seperti ini....

"Aku tidak yakin ini berjalan normal, terlalu cepat, seharusnya kita berhasil meluluhkan hatinya terlebih dahulu " Bella juga menatap sendu putranya....











  Keesokan harinya, seperti hari sebelumnya di mana Aidan masih terus menatap was was pada semua orang yang ada di rumah itu terutama Daffa si sulung yang menjadi ancaman utama remaja itu....

"Aidan belum cuci tangan nak!!" Bella memegang tangan putra ketika hendak menyuap nasi dengan tangan ke mulutnya membuat remaja itu hanya terdiam sebelum melepaskan cekalan itu dengan kasar....

"Gak bakal mati" ujarnya dengan tenang dan kembali menguap nasi dihadapan nya tanpa melihat ada berbagai tatapan ngeri yang mengelilingi nya...

  Daffa yang baru saja hendak menegur adiknya itu terhenti saat melihat tatapan milik Ardian yang membuat nya berdecak kesal.....

  Aidan terdiam saat dirinya tiba-tiba di paksa berganti pakaian yang sama seperti mereka pakai serba hitam, awalnya dirinya mengira mereka akan membawanya ke pemakaman atau apa tapi semakin lama dirinya mulai curiga, sedari tadi mobil ini tidak berhenti dan terus berjalan melewati hutan bambu yang cukup lubat lalu perkebunan warga, cukup lama hampir dua jam berada di dalam mobil hingga kini mereka mulai memasuki sebuah pekarangan yang sangat luas dan tak lama Aidan terdiam menatap ruamh minimalis di depan sana yang terasa sangat mencekap....

"Ayo turun" Ardian menuntun putranya untuk turun dan menunggu mobil yang di naikin ke tiga putra nya datang....

"Di mana ini?" Gumam Aidan memperhatikan sekitarnya yang cukup suram....

"Nanti kau juga akan tau, nah itu Abang mu" Ardian menatap sebuah mobil yang baru memasuki pekarangan rumah itu....

  Setelah semuanya turun Ardian membawa semua anaknya untuk masuk ke dalam rumah dan benar saja seorang lelaki paruh baya sudah duduk dengan cangkir teh dan sebuah koran di tangannya.....

"Tersesat?" Ujarnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari apa yang dia baca.....

"Maaf ayah ada kendala tadi " Ardian menggenggam erat tangan Aidan yang terasa dingin....

  Tuan Ardana Marendra, pemilik perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor dan pemilik salah satu pusat perbelanjaan juga beberapa butik yang kini sudah di kelola oleh menantunya Bella, perusahaan yang sudah dirinya bangun dan berkembang bahkan mempunyai beberapa cabang juga mall yang berada di berbagai kota dan juga pemimpin mafia Dragon Angel tapi sebentar lagi mungkin akan di turunkan pada cucunya karena dirinya hanya mempunyai satu putra hanya Ardian....

  Tuan Ardana melepas kacamatanya dan menatap remaja yang sekarang sembunyi di belakang putranya itu....

"Aidan Syahreza Marendra!"

  Aidan yang namanya di sebut sedikit takut apalagi melihat aura yang sangat dominan pada lelaki paruh baya itu sehingga membuat Aidan merapatkan dirinya pada Ardian mencari perlindungan....

  Tuan Ardana berhenti tepat di depan remaja itu tangannya bergerak mengangkat dagu Aidan dan tersenyum.....

"Sangat berbeda dengan keturunan Marendra"












Jangan lupa vote sama komen oke

















EgoisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang