19

3.3K 264 23
                                    


"Kau tau kesalahan mu Aldy, sudah daddy katakan, untuk lebih bersabar menghadapi Aidan, jangan sampai dia semakin membenci kita, apalagi dia sudah tau kita menjauhkan nya dari kedua preman itu" Ardian memijat keningnya pelan, dirinya sudah di pusingkan dengan berkas kantor tapi tiba-tiba mendapatkan laporan dari bawahannya tentang kejadian di rumah sakit.

  Dan sekarang di sinilah mereka berdua, di markas tempat yang sangat pas untuk menenangkan pikiran menurut mereka.

"Lalu sampe kapan kita akan bersabar, maaf ya dad aku bukan orang seperti itu, jika dia tidak bisa menurut maka aku bisa lebih kejam lagi sehingga membuatnya takut" Aldy dengan santai memasukkan beberapa pluru di pistol nya, ya dirinya berada di ruangan latihan menembak hanya berdua dengan daddynya.

"Setidaknya jangan menggunakan kekerasan yang membuat Aidan semakin mencap kita sebagai orang jahat" Ardian masih memperhatikan putranya.

"Aku tidak perduli, cara kita berbeda, silahkan gunakan cara yang menurut daddy baik dan aku akan tetap menggunakan cara ku sendiri, bukankah adil dad" dirinya terkekeh pelan mendengar decakan dari daddynya.

"Selama ini daddy tidak pernah melarang kalian melakukan apapun bahkan daddy tidak pernah ikut campur tapi kali ini tolong, dengarkan permintaan daddy, setidak nya kita harus buat Aidan percaya dengan kita terlebih dahulu" ujar Ardian membuat Aldy langsung meletakkan pistolnya dan ikut duduk bersama daddynya.

"Bagaimana kalau membuat kesepakatan dad, ingat tawaran kakek bukan?" Aldy menyeringai saat Ardian sedikit bingung dengan perkataan nya.

"Kesepakatan?" Ardian memandang putranya, dirinya tidak tau tawaran apa yang ayahnya berikan atau dirinya sudah lupa.

"Jika sampe satu bulan ini tidak ada perubahan, daddy harus setuju dengan saran kakek, menyuntikkan obat penghilang ingatan dan setelah itu kita bisa mengontrol Aidan dengan sangat baik, bukanlah daddy juga ingin hal itu" ujar Aldy, mungkin dirinya bisa berusaha menahan emosinya selama sebulan ini.

  Ardian terdiam, dirinya baru ingat dengan tawaran sang ayah tentang obat itu, tapi itu semua juga ada efek sampingnya dan kemungkinan besar Aidan putranya akan koma selama beberapa hari karena imun anak itu yang tidak stabil.

  Tapi dirinya juga ingain melihat Aidan putra bungsunya yang dia cari selama ini memanggil nya dengan sebutan daddy bahkan bermanja dengannya dan menuruti semua perintahnya bukan seperti sekarang.

"Kamu yakin, efek nya terlalu besar untuk adikmu Aldy" ujar Ardian.

  Ya, Aldy sendiri tau efek itu karena memang obat itu sudah pernah di uji coba dan dia menyaksikan sendiri obat itu bekerja seperti apa.

"Setidaknya itu hanya sementara dad, setelah itu Aidan akan menjadi seperti yang kita inginkan selama ini, aku harap mommy tidak merusak rencana ini" Aldy tau pasti yang paling menentang rencana ini adalah mommy nya sendiri.

"Baiklah, kita akan pantau selama satu bulan dari sekarang" gumam Ardian.









   Bella hanya bisa berdiri sedikit jauh, dirinya tidak bisa mendekat karena Aidan yang terus mengancam akan melukai dirinya sendiri jika dia mendekat, bahkan anak itu sekarang menggenggam pisau buah yang entah dapat dari mana.

  Bella sangat ingin menenangkan putranya sekarang, dirinya hanya bisa memandang sendu tubuh yang sedari tadi bergetar dengan suara isak tangis yang sangat jelas di telinganya, hingga tak lama seorang donter datang untuk memeriksa putranya.

  Sebelum dokter dan perawat mendekat Bella lebih dulu menghadang mereka.

"Alex, tolong, Aidan menyembunyikan pisau di dekatnya, sedari tadi aku tidak bisa mendekat" ujat Bella berharap Alex bisa membantunya.

"Bagaimana bisa dia mendapatkan pisau itu" gumamnya pelan, apakah tidak ada yang mengawasi nya, bukankah ada beberapa bodyguard yang berjaga bahkan sesekali memantau ke dalam.

"Aku tidak tau, tolong Lex, aku tidak ingin putraku kenapa napa" pinta Bella sedangkan dokter Alex yang mengerti langsung mengkode suster di belakangnya agar mengalihkan perhatian Aidan yang sedang membelakangi mereka

  Dengan perlahan dokter Alex mulai mendekat dan berusaha agar Aidan tidak menyadari kehadiran nya.

  Sedangkan suster tadi pura pura memeriksa tekanan darah hingga Aidan tidak sadar ketika dokter Alex menyuntikkan sesuai di infusnya.

   Cukup lama mereka menunggu hingga suster yang berusaha mengalihkan perhatian Aidan melihat anak itu sudah tertidur.

   Setelah aman, dokter Alex mulai menurunkan selimut yang menutupi wajah sembab Aidan dan membenarkan posisi anak itu, mereka berhasil menemukan pisau yang di sembunyikan di bawah bantal.

"Lain kali jangan biarkan ada benda tajam atau berbahaya di dekat Aidan, kalian tau dia sangat nekat bukan" ujar dokter Alex.

  Setidaknya sekarang Bella sedikit lega setelah pisau itu berhasil di singkirkan.




  Ayo jangan lupa vote sama komen oke

EgoisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang