20

3.1K 257 17
                                    


  Aidan memakan makan malamnya dengan malas apalagi melihat semua orang yang dia benci ada di ruangannya.

"Ngapain lu semua ngeliatin gue kayak gitu, gue gak butuh di temenin kayak gini, gak cukup tuh dua patung di luar" dirinya sekarang menjadi tidak berselera makan jadinya.

"Perhatikan bahasa mu" Daffa masih fokus dengan hp di tangannya.

"Daffa jangan mulai" Bella langsung menatap putra sulungnya.

   Bella dengan tersenyum menghampiri putranya yang tengah memakan makanan dengan malas, dirinya hanya tersenyum maklum dan mengambilkan susu yang sempat dia buat tadi.

"Tangan gue masih berfungsi, jadi taruh saja di meja itu nyonya" ujarnya bahkan tanpa mengalihkan pandanganya sedikit pun.

  Bella hanya menatap sendu gelas tersebut.

"Apakah kamu tidak bisa menghormati mommy hah" Aldy sudah hampir berdiri sebelum sang mommy menatapnya dan mengisyaratkan untuk duduk.

"Baik lu mau gue sopan kan, jadi sekarang gue mau lu semua keluar dari sini, kalau mau gue sopan sama nyonya Bella yang terhormat" Aidan menyeringai menatap mereka yang sangat mudah sekali tersulut emosi.





   Keesokan paginya Aidan sudah bersiap akan pulang, walaupun dirinya sangat enggan kembali melihat mension tersebut.

"Kaki gue masih mampu berjalan dan gak lumpuh" ujarnya ketika melihat salah satu bodyguard yang menjaganya membawakan kursi roda.

  Sedangkan Ardian dan Bella sendiri tengah menemui dokter sebelum membawa putra mereka untuk pulang.

"Tuan muda, sebaiknya tunggu tuan dan nyonya terlebih dahulu"

  Aidan terhenti menatap ke arah bodyguard yang baru saja bicara.

"Mau nunjukin di mana mobilnya atau gue pulang sendiri!" Ancamny membuat mau tidak mau bodyguard tersebut menuruti keinginan dirinya.

   Sedangkan Bella dan Ardian sedikit bingung melihat ruangan tersebut sudah kosang dan hanya menyisakan salah satu bodyguard nya.

"Kemana putraku" ujarnya membuat bodyguard tersebut langsung menunduk.

"Maaf tuan, tuan muda sudah berada di mobil terlebih dahulu"

  Setelah mendengar itu, mereka berdua memilih segera menghampiri putranya yang sudah menunggu di dalam mobil.

   Di dalam mobil sendiri Aidan hanya bisa memejamkan matanya memikirkan bagaimana caranya dia bisa pergi dari tempat itu.

"Tunggu gue bang, gue bakal cari tau di mana kalian berada lalu kita pergi ke tempat yang jauh" batinnya hingga tak lama terdengar suara pintu mobil yang terbuka.

  Ternyata itu Ardian dan Bella yang masuk.
Bella sendiri tersenyum mengusap lembut rambut putranya.

  Aidan tidak protes atas apa yang di lakukan oleh mommy nya? Mungkin, dirinya hanya ingin tidur dan menyiapkan tenaganya untuk apa yang akan terjadi nanti.

  Ardian yang melihat putranya sudah sangat pulas tersebut langsung membawa kepala anaknya agar bersandar pada pundaknya, bahkan mereka sengaja menyuruh supir agar mengurangi kecepatan dan lewat jalan lain agar mereka merasakan moment ini sedikit lebih lama, karena mereka yakin, Aidan tidak akan mau jika di sentuh mereka.

"Ini selimutnya" Bella menyelimuti putranya dengan hati hati takut jika nanti akan terbangun.

"Kalau seperti ini dia keliatan seperti anak kecil yang masih polos" tangannya mengusap pelan tangan putranya.

"Apa keputusan ku sudah benar? Memisahkannya dengan mereka yang sudah menemaninya selama ini" Ardian sendiri hanya memandang sendu putranya.

"Aku tidak tau, seberapa kecewa dia, tapi aku yakin kita bisa mengambil hatinya nanti" Bella yang bisa berharap suatu saat putranya akan memanggilnya dengan sebutan mommy.






"Jangan terlalu keras bro, gak ada gunanya, yang ada dia akan semakin menjauh dari lu berdua" Febrian menyesap rokok yang sedari tadi dia pegang.

  Dirinya sudah merasa bosan dengan cerita si kembar yang berusaha menaklukkan adiknya.

"Pilihan ada di tangan lu berdua, mau dia semakin membenci kalian atau menerima kalian, itu semua tergantung sikap kalian, batu jika terkena tetesan air mau sekeras apapun itu bakal berlubang, tapi lu liat batu yang di benturkan dengan sesama batu, keras bertemu dengan keras, bukannya lunak tapi malah terpecah dan hancur, sedangkan batu dengan air masih utuh tapi setidaknya air itu sudah berhasil mengalir dalam batu yang keras itu" ujar Ezra melirik ke arah Febrian yang bersemirik sembari menyesap rokok tersebut.

"Maklumin bang first time punya adik ehh adiknya spek preman jalanan" Gyan terkekeh pelan sedangkan Aldy dan Naufal hanya mendengus pelan mendengarkan ocehan mereka.

"Pusing gue" guman Naufal sedangkan Febrian yang berada di sebelahnya hanya melirik sejenak.

"Jangan egois mentingin perasaan lu doang, liat juga dari sudut pandang tuh anak, gimana kehidupannya selama ini, lu berdua cerdas kan? Jangan sampe salah memilih pilihan dan menyesal di akhir" Febrian ikut menyandarkan tubuhnya pada sofa.

"Gue aja gimana yang coba naklukin tuh anak?"









  Ayo jangan lupa vote sama komen oke

EgoisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang