Sinar mentari pagi yang masuk menembus jendela salah satu ruangan di rumah sakit tersebut nyatanya tidak mengusik seorang remaja yang masih menyelami dunia mimpi....
Namun tak begitu lama sepertinya remaja itu mulai risih dengan cahaya yang datang sehingga membuatnya membuka matanya....
Netra jernihnya terbuka perlahan, tubuhnya semakin lemas hingga dia mengingat kejadian semalam....
Itu pertama kalinya dirinya meluapkan emosi seperti itu hingga membuat penyakitnya kambuh...
Dengan susah payah dia meraba masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya sebelum kembali membiarkan benda itu berada di wajahnya...
Netranya mulai menelisik, sunyi tidak ada siapapun, itu yang dirinya dapatkan...
Diam diam dia memejamkan matanya kembali berusaha menenangkan dirinya agar tidak terlalu berharap....
Hingga saat dia terlarut dengan pikiran dan hatinya sendiri hingga tidak menyadari jika ada seseorang yang memasuki ruangan nya....
"Selamat pagi"
Aidan lantas menatap siapa yang datang dan beruntung bukan mereka yang tidak pernah di harapkan....
"Masih sesak gak, kalau udah mendingan kita lepas masker oksigen nya ya, kita ganti dengan nasal canula saja agar lebih nyaman" dokter tersebut hanya tersenyum menatap Aidan yang hanya memperhatikan nya tanpa menjawab apapun....
"Kenapa ada yang sakit?" Tanyanya membuat Aidan seketika menggelengkan kepalanya lemah....
"Boleh pulang" lirihnya apa lagi masih ada masker oksigen yang bertengger apik menutupi hidung dan mulutnya....
"Gak betah ya? Tahan beberapa hari lagi, lihat nafas kamu aja masih sedikit susah udah minta pulang, kalau udah mendingan nanti dokter ijinin buat pulang, oiya daddy sama mommy kamu pergi pagi pagi tadi untuk pulang katanya, mungkin bentar lagi datang dan nitipin kamu sama dokter" dokter tersebut membereskan perlengkapannya setelah memeriksa remaja di depannya ini...
"Kita belum berkenalan loh, nama dokter satria panggil om Satria aja, om teman daddy kamu" ujarnya namun Aidan hanya terdiam memandang langit langit ruangan yang dia tempati...
"Aku mau sendiri bisa" lirihnya melirik ke arah dokter yang hanya menanggapi nya dengan senyuman....
"Baiklah tidak masalah, kalau ada apa apa tapi mereka belum dateng pencet aja tombolnya nanti om bakalan dateng, mengerti boy"
Aidan hanya mengangguk lemah mendengar hal itu, dia kira mereka sudah menyerah ternyata hanya pulang sebentar....
"Ngapain pulang sebentar sekalian aja gak usah balik, biar gue bisa pulang ke tempat bang Tian lagi" ujarnya tanpa sadar air matanya menetes....
"Bang jemput Aidan bang, Aidan gak mau disini" ujarnya dengan bibir gemetar serta air mata yang sudah sedari tadi berlomba lomba untuk keluar....
Cukup lama dirinya terisak pelan bahkan tangannya terkepal erat hingga darah di dalam infusnya naik namun Aidan tidak memperdulikannya...
Dia lebih memilih menahan rasa sesak dan sakit yang dia rasakan pada batinnya...
Clek
Aidan terdiam walau mendengar suara pintu yang terbuka, menggigit bibirnya dengan kencang agar tidak ada suara yang keluar walaupun air matanya sangat sulit di hentikan....
Bella tersenyum dengan penampilan yang lebih segar, kali ini Ardian suaminya tidak bisa ikut dan akan menyusul nanti setelah menyelesaikan urusan di kantornya....
Namun wanita cantik itu langsung menghampiri putranya saat melihat tubuh putranya itu sedikit bergetar....
"Aidan, nak? ada yang sakit hm, jangan di kepalin tangannya darahnya naik sayang, Aidan?" Bella mengelus rambut putranya yang lepek karena keringat padahal masih pagi dan juga putranya itu semakin menangis....
Bella berusaha membawa putranya dalam dekapannya dan membenarkan letak masker oksigen yang sedikit bergeser tersebut....
"Huusstt tenang sayang, ada mommy hm, katakan apa yang sakit nak? tadi sudah di periksa kan sama dokter, tenang hm" Bella dengan perlahan mengusap dada putranya dengan pelan dan sesekali mencium dahi putranya itu....
Sebelah tangannya mengambil tissue yang dia bawa dan mengusap peluh dan air mata putranya tersebut.....
"Jangan seperti ini hm, mommy khawatir sayang, tidak masalah, kami tau putra mommy ini belum bisa menerima kita hm, perlahan ya sayang, tapi jangan seperti tadi atau tadi malam, mommy tidak bisa nak" Bella masih mendekap Aidan yang masih terisak....
"Udan nanti makin sesak, Aidan sarapan ya nak, mommy masak sendiri, mau mommy suapi?" Ujar Bella namun Aidan langsung menggelengkan kepalanya....
"Per hiks gi hiks" lirihnya namun Bella tetap bisa mendengarnya...
"Baiklah mommy keluar sebentar menemui dokter satria ya, nanti kalau mommy sudah balik makanannya harus sudah habis ya sayang" Bella mencium sejenak pucuk kepala putranya beruntung Aidan tidak menghindar walau hanya diam saja tidak meresponnya....
Nyatanya Bella tidak benar-benar menemui dokter Satria karena sebenarnya tadi sebelum masuk kamar putranya dia sudah lebih dulu menemui dokter Satria bersama suaminya..
Dirinya memilih duduk di dekat kamar putranya sambil menunggu putranya selesai makan.
Ibu mana yang tidak sakit saat menerima penolakan dari putranya sendiri, tapi dirinya juga tidak bisa memaksa karena itu akan membuat putranya justru semakin menjauh darinya, lebih baik dirinya bersabar dan mengambil hati kecil putranya kembali, bagaimanapun ini salahnya, andai dulu dirinya tidak lalai maka kejadian itu tidak akan pernah terjadi.
"Apa yang mommy lakukan di sini?"
Bella menoleh menatap putra sulungnya yang sudah berada di sampingnya....
"Mommy habis menangis? " Daffa melirik ke dalam ruangan tersebut dan melihat Aidan remaja itu sedang memainkan makanannya dengan tatapan kosong....
Sekarang pemuda itu mengerti apa yang menyebabkan wanita yang paling dia jaga tersebut menangis pasti lagi lagi karena penolakan adiknya itu....
"Ayo masuk mom" Daffa menggenggam tangan itu dengan lembut....
"Biarkan adikmu sendiri dulu hm" ujar Bella namun Daffa menggelengkan kepalanya....
"Sebaiknya mommy pulang, biar aku yang menjaga Aidan" ujar Daffa....
"Kembalilah nanti bersama daddy mom, aku tidak akan melakukan apapun" Daffa mengerti arti tatapan mommy nya itu yang takut dia melakukan kekerasan kepada adiknya.....
Daffa pemuda itu terdiam di depan pintu, seperti Aidan tidak menyadari kehadiran dirinya....
"Sudah selesai bermain dengan makanan mu" ujar Daffa menatap Aidan yang terkejut....
"Bukan urusan lu, lebih baik lu keluar" gumamnya namun Daffa justru terkekeh sinis sembari mendekati brankar yang di tempati adiknya itu...
SRAK!!!
PRANG!!!!Daffa merebut mangkok bubur tersebut dan melemparkannya ke lantai membuat lagi lagi Aidan tersentak....
"Ayo abang lihat, sampai mana kau memberontak Aidan Syahreza marendra" ujarnya dingin seraya menepuk pelan pucuk kepala Aidan yang membuat remaja itu mengepalkan tangannya....
"BRENGSEK!!"
BUAGH!!!
Ayo jangan lupa ya tinggalin jejak, cuma tekan vote gak bayar ya

KAMU SEDANG MEMBACA
Egois
Hayran Kurguapaan keluarga? gue ogah punya keluarganya.... #mengandung bahasa kasar #penuh dengan umpatan... #brothersip