Ch 22. Kebakaran

24 3 0
                                    

***

M

alam itu.

Aku duduk di tempat tidur, mengikat telinga boneka kelinci, tenggelam dalam pikiran.

“Ya, tidak mungkin tidak ada pendeta yang korup.”

Aku tidak memperhatikan karena aku tidak melihat adanya korupsi di sekitar Imam Besar.

Ada banyak hal lain yang perlu dikhawatirkan juga.

'Parasit harus diberantas segera setelah ditemukan.'

Mereka akan tumbuh lebih kuat seiring berjalannya waktu.

Randell tampak sangat kesal dengan kejadian hari ini, karena begitu baik hati kepada anak-anak.

Tetapi meski begitu, aku tidak bisa begitu saja mengusir Gawain.

“Pasti ada cara pasti untuk mengungkapnya karena menerima suap. Apa yang harus kulakukan—”

—saat itulah aku diganggu.

"Aduh!"

Sesuatu yang keras tiba-tiba menekan kepalaku.

'Berat sekali!'

Aku tidak dapat mengangkat kepalaku, jadi aku berbaring di tempat tidur.

Benda yang menekan kepalaku ternyata adalah sebuah buku tebal dan berat, setebal kitab suci asli.

<Pengertian Estetika>

'Estetika apa?'

Saat aku mengangkat kepalaku, Edmund menatapku dengan ekspresi arogan seperti biasanya.

“Wah… datang ke kamarku jam segini? Menguntit itu menakutkan…”

Pernyataan penguntit itu membuatnya lengah.

“Ini bukan penguntitan, ini menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang kurang mampu.”

"Belas kasihan?"

“Bacalah. Ini buku mahal yang tidak mampu kamu beli.”

Nah, dengan buku sebesar dan setebal ini, harganya pasti mahal.

Bahkan ada penutupnya yang terbuat dari kulit.

"Apakah dia benar-benar memberiku buku estetika karena dia pikir aku jelek? Dan di jam segini?"

Aku tercengang.

“Jika bakat alamimu tidak memadai dan wawasanmu kurang, kamu harus belajar.”

Edmund berkata dengan arogan.

Aku menggenggam erat senjata (buku estetika, mematikan) yang baru saja kuterima di tanganku.

“Eddie, pernah kena lemparan buku?”

“Gimanapun, kamu harus menghargai barang-barang murah. Menggunakan buku, mercusuar pengetahuan, sebagai senjata.”

Edmund mendengus dan meninggalkan ruangan.

“Pastikan kamu membaca buku itu!”

Dia pergi dengan kata-kata itu.

'Tapi apa si idiot itu serius?'

Apa dia pikir aku bisa membaca buku semacam ini di usiaku?

Sekalipun aku bisa, akan sulit untuk memahaminya.

Tentu saja, dengan kekuatan ilahi, aku mungkin bisa memahaminya secara instan.

"Aduh."

Sebuah desahan keluar tanpa sadar.

Youngest On Top 막내온탑 / Bungsu TeratasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang