Ch 63. Jalan² beli kue

19 2 0
                                    


* * *

Akhirnya, hari Sabtu yang ditunggu-tunggu.

Aku juga menyerahkan laporan perjalananku sebelumnya.

Agak aneh meninggalkan gedung baru bersama anak-anak.

'Aku… … aku tidak pernah keluar sebelum kembali.'

Ketika aku memikirkannya, memang seperti itu.

Di Parmanas, aku hanya melihat anak-anak lain keluar pada hari libur.

Khususnya, semua orang hanya menonton dari belakang saat mereka memohon Amelia untuk keluar dan bermain bersama mereka.

Karena aku harus bersembunyi di balik bayang-bayang Amelia, dan aku tidak bisa keluar dari kuil.

“Ke mana kita ingin pergi kali ini? Rumah teh baru?”

“Bagaimana dengan di luar ruangan? Katanya ada angsa di taman. “Aku ingin melihatnya!”

Aku iri dengan anak-anak yang keluar dan membicarakan apa yang harus dilakukan bersama.

“Oh, pancake mereka jelek sekali. Apa ini licin? “Sirupnya lebih asin daripada manis.”

“Kue mangkuknya layak untuk dimakan.”

“Lain kali, ayo pergi ke restoran kue tart yang enak. bagaimana kabarnya?"

Anak-anak yang kembali bertukar cerita tentang apa yang terjadi.

Dan seolah-olah itu wajar, kami mengobrol dan berjanji akan pergi keluar lain kali.

Jika aku mendengar percakapan itu tanpa sepengetahuan anak-anak, aku akan tenggelam seolah-olah aku terendam air yang dalam, padahal aku jelas-jelas mendengarkan cerita yang menyenangkan.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Roti madu, cepatlah datang!”

Tiba-tiba aku tersadar ketika mendengar suara Dmitri.

Anak-anak menungguku beberapa langkah lagi.

Tatapan mata mereka yang menanyakan Kenapa mereka tidak datang.

Di antara Dmitri, Ilya, Roana, dan Edmund, ada ruang kosong yang akan terisi penuh jika aku berdiri di sana.

tempatku

“Seperti ini.”

Aku tersenyum cerah dan segera berlari ke arah anak-anak.

* * *

Edmund dan Dmitry mengulurkan tangan mereka ke arahku secara bersamaan.

“Pegangan tangan saja. Karena tidak bisa kehilanganmu. “Itu adalah tangan yang tidak mudah dipahami oleh orang biasa, jadi aku mengetahuinya sebagai suatu kehormatan.”

“Karena roti madu itu bulat, maka bisa menggelinding.”

'… … Haruskah aku memukulmu?'

Ujung hidungku hampir bergerak sedikit, tapi tanpa kusadari, aku mulai melihatnya dengan wajah datar.

Dimulai dari itu, kami berkeliling di sekitar pusat kota.

Youngest On Top 막내온탑 / Bungsu TeratasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang