Chapter 10 - Rasa 🔞

483 17 6
                                    

🛑🔞 CONTENT WARNING🔞🛑

**Cerita ini mengandung konten dewasa/eksplisit yang hanya diperuntukkan bagi pembaca berusia 18 tahun ke atas. Jadi bagi yang masih di bawah umur atau kurang nyaman terhadap hal terkait, bisa untuk melewati chapter ini. Terimakasih.**





Tapi banyak yang ngeklik, emang ketertarikan kalian ama yg beginian ya wkwk.
Yaudah deh enjoyy kalo gitu.











• • •






Pagi di apartemen Jason terasa begitu hangat, sinar mentari menerobos lembut melalui tirai jendela, menciptakan pola cahaya yang memancar di seluruh ruangan. Cahaya itu dengan halus menyusup ke wajah Flora, membangunkannya dari tidur yang lelap. Matanya perlahan terbuka, tetapi saat kesadarannya pulih, ia terkejut menemukan Jason tidur tepat di depannya, begitu dekat hingga ia bisa merasakan nafasnya yang tenang.

Flora terpaku sejenak, matanya menjelajahi wajah Jason yang tertidur pulas. Setiap lekuk wajahnya, dari alis yang tebal hingga rahang yang tegas, terlihat begitu sempurna dari sudut pandangnya. Jantung Flora berdetak lebih cepat, seolah-olah ingin melompat keluar dari dadanya. Kepalanya mulai memanas, dan ia bisa merasakan aliran darah yang menghangatkan pipinya, membuatnya semakin menyadari betapa dekatnya mereka saat ini. Rasa gugup menyergapnya, dan tiba-tiba ia menyadari apa yang terjadi -dirinya jatuh dari ranjang ke kasur lipat Jason saat tidur.

Flora buru-buru bangkit, mencoba menenangkan diri, dan bergegas kembali ke ranjang dengan hati yang masih berdebar-debar. Tak lama kemudian, Jason mulai terbangun. Dia menguap, meregangkan tubuhnya dengan malas, dan matanya yang masih setengah tertutup mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya pagi. Ketika akhirnya ia melihat Flora sudah terbangun, ia tersenyum hangat. "Oh, kau sudah bangun, Flora?" tanyanya dengan suara yang masih dipenuhi sisa kantuk.

Flora hanya bisa terdiam, wajahnya masih merona merah. Dia merasa terlalu malu untuk menatap langsung ke arah Jason. Jason, yang tidak menyadari kegugupannya, mendekat dengan khawatir. "Apa kau demam? Wajahmu memerah," ucapnya lembut, sambil menyentuh kening Flora untuk memeriksa suhunya.

Sentuhan Jason membuat Flora tersentak, tubuhnya kaku di tempat. Tatapannya yang semula menghindar kini beralih menatap Jason dengan penuh perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Flora merasa kepanikan kecil menjalari dirinya, namun di saat yang sama, ada perasaan hangat yang sulit ia jelaskan. Sentuhan Jason di keningnya begitu lembut, menenangkan, namun juga membuatnya semakin gugup. Jason yang tidak sadar dengan kegelisahan Flora, masih memeriksa suhu badannya dengan cermat. Setelah beberapa saat, ia menarik tangannya dengan tenang, meyakinkan Flora, "Sepertinya kau baik-baik saja. Mungkin hanya lelah."

Flora hanya bisa mengangguk pelan. Wajahnya yang memerah makin sulit ia sembunyikan. Dia merasa malu karena gugup, tapi juga sedikit kesal pada dirinya sendiri karena reaksi berlebihan yang tidak bisa ia kendalikan.

Jason, tanpa sadar akan perasaan Flora yang berkecamuk, tersenyum hangat, "Aku buatkan teh, ya? Itu bisa membantumu merasa lebih baik."

Flora hanya bisa mengangguk lagi, suaranya tersangkut di tenggorokan. Jason beranjak ke dapur, meninggalkan Flora yang masih duduk di ranjang dengan pikiran yang kalut. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri, mencoba memahami apa yang baru saja ia rasakan. Ketika Jason kembali dengan secangkir teh hangat, Flora sudah sedikit lebih tenang, namun jantungnya tetap berdetak lebih cepat dari biasanya.

Jason menyerahkan cangkir itu kepada Flora, duduk di sampingnya di tepi ranjang. "Minumlah, itu akan membantu," ucapnya dengan senyum yang selalu menenangkan.

Deux Mondes (Gitkathmuth 😁)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang