Malam itu begitu dingin, namun di sekolah, lampu-lampu masih menyala, menerangi ruang rapat yang perlahan mulai sepi. Suasana rapat OSIS mulai mereda, kelelahan tampak di wajah setiap anggota yang masih setia bertahan hingga larut. Zevan, selaku ketua OSIS, berdiri di depan anggota yang masih tersisa.
"Baiklah, untuk anggota panitia tambahan sudah kuhubungi. Ada lagi yang perlu disampaikan?" tanyanya dengan suara tenang.
Sebuah tangan terangkat, milik seorang perempuan dengan rambut yang diikat rapi ke belakang. Dia adalah Gracie, salah satu anggota osis divisi multimedia.
"Aku sudah mengunggah flyer digital di media sosial sekolah kita. Website Echo Fest-nya juga sudah bisa diakses untuk umum. Kalian bisa mencobanya, jika menemukan error bisa langsung hubungi aku. Akan kuperbaiki segera," ujarnya dengan nada percaya diri.
Zevan tersenyum tipis, mengangguk pelan sebagai tanda terima kasih. "Bagus, Gracie. Ada lagi yang lain?" Suaranya sedikit lebih rendah, tanda kelelahan yang mulai ia rasakan.
Namun, yang dijawab hanya keheningan dari seluruh anggota OSIS yang tampak sudah tidak sabar untuk menyudahi rapat malam itu.
"Baiklah, mari kita cukupkan rapat hari ini. Terima kasih atas kerja keras kalian," ucapnya menutup rapat dengan sopan.
Setelah Zevan menutup rapat, suasana ruang OSIS yang semula penuh dengan dinamika perlahan-lahan mereda. Suara percakapan yang tadinya memenuhi ruangan kini mulai berkurang, digantikan dengan bunyi kursi yang diseret kembali ke tempatnya dan barang-barang yang dikemasi dengan rapi. Bunyi langkah kaki menggema pelan di lantai, disertai suara samar percakapan ringan antara anggota yang mulai meninggalkan ruangan. Keletihan terlihat jelas di wajah mereka. Di luar, malam semakin larut, dan udara dingin mulai menyusup masuk melalui celah-celah pintu. Lampu-lampu di sekolah masih menyala, menerangi ruangan yang kini tampak lebih sunyi dan kosong. Di luar jendela, gelapnya malam mulai merayap, menciptakan bayangan panjang di lantai yang hanya dihiasi dengan jejak-jejak kaki yang perlahan menghilang. Zevan mengambil napas dalam-dalam, merasakan lelah yang akhirnya datang menghampiri setelah seharian bekerja keras. Namun, di antara rasa lelah itu, ada juga perasaan puas dan lega—malam ini, mereka telah menjalankan tanggung jawab dengan baik, dan esok hari, tantangan baru akan menunggu mereka semua.
Seusai membereskan ruangan yang baru saja mereka tempati, Zevan, Christy, dan Gracie berjalan beriringan menuju parkiran. Sepanjang lorong yang gelap, hanya diterangi oleh cahaya remang dari lampu-lampu di dinding, langkah kaki mereka bergema, mengisi keheningan malam yang semakin larut.
Zevan berjalan di depan dengan sikap yang tetap tenang, namun dari raut wajahnya, terlihat keletihan yang ia coba sembunyikan. Christy berjalan di sampingnya, sesekali melirik ke arah Gracie yang tampak sedikit lelah. Suara derap langkah mereka menjadi satu-satunya suara yang terdengar, sebelum akhirnya Zevan memecah keheningan.
"Maaf ya, Gracie, rapatnya harus sampai selarut ini. Lain kali akan kuatur lagi waktunya agar bisa selesai lebih cepat," ucap Zevan dengan nada sedikit menyesal.
Gracie tersenyum tipis, mengangkat bahunya seolah mengatakan bahwa hal itu bukan masalah besar. "Nggak papa, Zevan. Gak perlu dipikirkan," jawabnya ringan, meski matanya tampak sedikit sayu.
Zevan mengangguk, lalu menoleh pada Christy yang berjalan di sampingnya. "Aku juga minta maaf ya, sayang," katanya dengan suara lembut yang lebih personal.
"Gak papa ih, kan aku juga yang minta diikutin ke panitiaan," jawab Christy dengan senyum yang menghangatkan malam yang dingin itu, dia memang sengaja minta diikutkan kepanitiaan Echo Fest agar bisa terus terusan bersama Zevan.
Ketika mereka sampai di parkiran, udara malam semakin menusuk. Zevan dengan sigap memakaikan helm di kepala Christy, lalu mengambil helmnya sendiri. Namun, saat itu, ia merasakan udara semakin dingin dan melihat Christy sedikit menggigil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deux Mondes (Gitkathmuth 😁)
أدب الهواة(update tiap akhir pekan) "I can't do it, Helisma. Aku gabisa buat kathrina jatuh cinta lagi." "Maafin aku, Gita. Aku gabisa biarin kamu jatuh di tangan kathrina." "Jangan menangis, cantik. Hal terakhir yang ingin aku lihat adalah senyumanmu."