22. KENYATAAN PAHIT

1 0 0
                                    

"Thanks for today. Ucap Muara lembut.
Rama membelai lembut rambut panjang Muara.

***
Setelah memasuki Rumah, Muara hanya menemui dua ART nya karena kata salah satu ART nya kedua orang tua Muara sedang berada di Kamar. Setelah mandi, dan berganti pakaian Muara kembali menikmati malam di Balkon menatap langit malam sunyi tanpa hadirnya bintang.
"Gak nyangka Rama bisa kaya gitu. Ucapnya dalam hati.

"Muara. Panggil Tante Alexa dan Om Deny.

"Mami? Papi.

"Kamu kok sudah pulang gak bilang ke kita? Tanya Om Deny.

"Gak apa-apa kok. Ucapnya singkat.

"Loh lengan kamu kok memar? Tanya Tante Alexa panik.

"Aku gak tahu Mih. Ucap Muara datar.

"Rama melakukan apa ke Kamu?! Tanya Om Deny tegas namun dengan nada curiga.

"Gak melakukan apapun kok. Jawabnya singkat.

"Kalau sampai dia macam-macam Papi gak akan segan-segan membatalkan perjodohan ini!!! Tegas Om Deny.

"Pih, tapi Mami curiga kalau ini tuh bukan karena kekerasan. Ucap Tante Alexa panik.

"Maksud Mami? Tanya Om Deny penasaran.

"Besok kita bawa Muara ke RS.

Sebenarnya setiap jalan bersama Rama, Muara pun sering mengalami hal aneh dengan tubuhnya.

Flashback on
"Kamu ingat kan Taman ini tempat awal kita ketemu? Tanya Rama.

"Hehe ingat demi aku kamu ngalah gak beli es krim stroberi. Ucap Muara seraya terkekeh. Namun, tiba-tiba tawanya terhenti karena kepalanya yang mendadak sakit.

Di momen lain Muara diajak Rama ke sebuah Pantai di daerah Anyer. Ketika matahari terbenam, Rama mengeluarkan gitar dan menyanyikan sebuah lagu dari Adera yang berjudul sama seperti nama kekasihnya.

Kau adalah puisi hati
Di kala rindu tak bertepi
Ku ingin kau ada saat ku membuka mata
Hinggaku menutupnya kembali
Kau sirnakan kabut kelabu
Di savana pencarianku
Bagai embun pagi kau lepaskan dahaga kemarau hati
Kaulah lukisan pagi yang ku kembar untuk senjaku
Kaulah selaksana bunga yang warnai musim semiku
Di kala hati ini gundah
Kau membuatnya menjadi cerah
Kaulah matahariku dan kaulah samudra
Tempat hatiku bermuara
Kau jawaban dari doaku
Yang akhiri penantianku
Bagai bintang jatuh
Kau hadirkan harapan di dalam hati
Kaulah deburan ombak yang pecahkan batu karangku
Kaulah gugusan bintang yang hiasi malam gelapku
Di kala hati ini gundah
Kau membuatnya menjadi cerah
Kaulah matahariku dan kaulah samudra
Tempat hatiku bermuara
Tempat hatiku bermuara

Belum sempat Muara menjawab ia merasakan ada cairan keluar dari hidungnya.
Ya... Ternyata itu adalah darah, Ia mimisan. Namun, segera mengelapnya dengan tisue agar Rama tidak tahu.

***
@Rumah Sakit
Saat sampai, salah seorang Perawat yang bernama Deswita langsung mengecek keadaan Muara. "Permisi Mbak, saya izin ambil darah ya. Ucap Perawat tersebut ramah.

Muara hanya mengangguk.

"Baik sudah selesai, darahnya sudah saya ambil. Nanti, kalau sudah keluar hasilnya Mbak langsung hubungi dokter saja untuk berkonsultasi.

"Baik Sus, terima kasih. Ucap Muara lembut.

***
Sementara itu Tante Alexa hanya bersandar di pundak Sang Suami, memikirkan kondisi sang anak. "Mami khawatir dengan kondisi anak kita Pih.

"Semua lebih baik kita serahkan pada Allah. Ucap Om Deny merangkul sang istri.

"Papi udah kasih tahu Rama?

"Sudah, sekarang dia otw kesini. Ucap Om Deny yang masih mengusap lembut kepala sang istri.

"Malam Tante. Sapa Rama.

"Ehhh malam. Balas Om Deny ramah.

"Kondisi Muara gimana Tante? Tanya Rama panik.

"Lagi dicek belum keluar hasil Lab nya. Jelas Om Deny.

***
Sementara di Rumah Vela, ia sedang sibuk membantu Ibu merapikan sisa dari acara Pernikahan tersebut. "Haduhhh capek ya. Keluh Vela sambil merebahkan tubuh di sofa.

"Haha ya beginilah, dulu waktu Ibu mu nikah juga sama. Bude Siti, Bude Ika, dan Almh. Nenek yang sibuk setelah acara. Ucap Bude Siti sambil duduk di kursi yang berada di sebelah Sofa.

"Haha iya Bude, Nenek juga cerita kok waktu itu.

***
Sementara di Kamar Zia, sebelum melakukan ritual Ferdi yang merupakan Suami Zia mengajak Zia terlebih dahulu melaksanakan Sholat Sunnah Pengantin.

***
"Kak Zia sekarang lagi seru kayanya tuh? Ucap Vela sambil menatap kamar Zia.

"Hushhhh. Tegur Ibu.

***
@Rumah Sakit
"Bagaimana kondisi Muara, dok? Tanya Om Deny.

"Maaf Pak sebelumnya, sebaiknya kita bicarakan di Ruangan saya saja. Ajak Dokter berwajah tampan tersebut yang bernama dr. Maldini.

Tanpa berkata kedua orang tua Muara menurut, sementara Rama mohon izin untuk menemani Muara di dalam Bangsal.

***
"Halo. Sapa Rama.

"Hai... Balas Muara.

"Gimana kondisi kamu? Tanya Rama mengusap pelan rambut Muara.

Muara mengubah posisi nya menjadi duduk dibantu Rama.

"Kondisi aku... Uhuk uhuk uhuk. Ucap Muara yang tiba-tiba terbatuk.

Rama menepuk pelan punggung Muara, kemudian memberinya segelas air.

"Udah? Tanya Rama.

Muara mengangguk. "Ya begini kondisi aku, Mami sama Papi lagi nemuin dokter. Jawab Muara.

***
"Setelah kamu teliti di Laboratorium, Muara positif terkena kanker darah atau yang biasa disebut leukimia stadium lanjut. Jelas dokter Maldini.

DEG!

Bak petir disiang bolong Tante Alexa terkejut bukan kepalang. Dan, langsung ditenangkan oleh sang suami.

"Kemungkinan Muara untuk hidup tidak lebih dari 5 tahun kecuali.... Ucap Dokter Maldini menggantung.

"Kecuali apa Dok? Tanya Om Deny.

"Muara mendapatkan donor tulang sumsum belakang.

Om Deny masih memeluk Tante Alexa agar sang istri lebih tenang.

MUARA HATIKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang