Part 8

101 19 2
                                    

Leofric Jermanik, lelaki yang memiliki sifat kuat untuk mencari tahu kebenaran dari apa yang berhasil membuatnya penasaran, sangat tertarik untuk mengulik kehidupan Camellia Prahaswari yang terus menyita perhatiannya dari tiga hari lalu.

Dalam satu hari yang sama, tepatnya di hari Minggu, nama Camellia yang terus menguasai sosial media. Dari berita kesuksesannya menggelar konser solo bersama Phoenix Orchestra, gosip yang beredar tentang pengabaiannya terhadap sang papa dan dicap sebagai anak durhaka. Lalu, berlanjut dengan klarifikasinya yang bertolak belakang dari statement yang dikatakan lelaki yang mengaku sebagai papanya tersebut. Dan malam harinya, ia harus mengetahui secara langsung kekerasan yang diterima Camellia dari kekasihnya bernama, Evander, anak dari seorang pejabat.

Penasaran.

Yeah, Leofric benar-benar dibuat penasaran oleh kehidupan pribadi perempuan itu. Seperti lelaki yang tak memiliki pekerjaan penting, padahal pekerjaan sangat menumpuk di hadapan, Leofric sibuk mencari tahu tentang Camellia dari berbagai sumber di media sosial. Namun, yang didapat hanya bakat-bakat perempuan itu yang sering memenangkan lomba kontes musik, konsernya di mana-mana bersama musisi lain dan grup orkestra, serta perempuan yang mendapat julukan si violinist mematikan.

Ia paham dari julukan itu. Karena permainan violin Camellia memang sangat bagus dan berhasil menghipnotis para pendengar serta penontonnya. Bahkan, dirinya pun salah satu penikmat instrumental permainan violin perempuan itu sampai menurun ke anaknya. Tapi, hanya penikmat musiknya saja, tanpa ingin tahu kehidupan pribadinya.

"Permisi, Pak."

Mendengar ketukan pintu, Leofric langsung mengangkat kepala dan menatap ke sumber suara. Deviana--sang sekretaris yang memiliki body sexy, berdiri tegap di ambang pintu yang telah dibuka agak lebar.

"Rapat akan segera dimulai dua puluh menit dari sekarang," peringat Deviana, agar sang bos segera bersiap.

"Oke." Leofric mengangguk, membalasnya singkat.

Deviana menutup pintu kembali. Leofric pun menghentikan stalking-nya tentang Camellia dan menaruh tablet ke meja setelah dimatikan.

Kini, tangan lelaki itu beralih mengambil dokumen bahan rapat, membacanya lagi dari hasil rapatnya bersama kolega bisnis. Sebelum akhirnya, ia memutuskan beranjak dari kursi kebesaran dan mengayunkan kaki keluar ruangan.

Deviana yang sudah menunggu, dengan sigap mengikuti sang bos. Tangannya pun dengan cepat menerima dokumen yang disodorkan lelaki itu. Meskipun dulu agak kewalahan menyeimbangi langkah lebar lelaki yang memiliki kaki panjang. Tapi, sekarang ia bisa menyeimbanginya karena sudah terbiasa selama lima tahun belakangan ini.

"Setelah rapat selesai, ada pertemuan dengan klien tidak?" tanya Leofric, ingin tahu. Suaranya terdengar datar dan berat, tapi berkarisma. Seperti orangnya.

"Tidak, Pak. Di jam satu, Anda harus menjemput Lily dari sekolahan," jawab Deviana sekaligus mengingatkan. Karena biasanya, Leofric lupa jika sudah waktunya menjemput sang anak.

"Baik," balas Leofric, singkat.

Lantas, keduanya melanjutkan langkah dalam diam. Dan tak berselang lama, tiba di ruang rapat. Para petinggi dewan direksi yang telah menunggu kedatangan sang pewaris utama Jermanik Group, langsung beranjak berdiri. Mereka membungkuk memberi salam hormat. Kemudian, duduk kembali setelah sang Direktur Utama duduk.

"Baik. Tanpa berbasa-basi banyak-banyak, kita langsung mulai rapat ini," ucap Leofric, membuka rapat.

Dan diangguki oleh orang-orang yang ada di ruang rapat tersebut.

"Deviana, dokumennya," pinta Leofric.

Deviana yang paham, langsung menyerahkan dokumen yang dibawanya kepada sang bos. Leofric langsung membukanya. Lantas, membicarakan soal kerja samanya dengan sang kolega bisnis yang akan mengerjakan proyek supermarket dan didirikan ke beberapa titik kota dari seluruh Indonesia. Kemudian, ia menjelaskan panjang-lebar dari hasil rapat bersama kedua kolega bisnisnya.

Voice in the Violin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang