Part 22

96 26 9
                                    

Leofric selalu menebalkan telinga jika Farah sudah mulai membahas tentang hubungannya. Namun, ia akan bertindak dan bersikap tegas jika perempuan itu sudah mengusik ketenangan hidup anaknya. Seperti hari ini, perempuan itu sudah menggila lagi. Datang ke kantornya dan langsung ngoceh panjang lebar tidak jelas, yang telah mengetahui hubungannya dengan Camellia. Lalu, setelahnya, perempuan itu akan memperlihatkan wajah memelas.

"Kenapa harus Camellia, Leofric? Kenapa harus dia? Kenapa kamu tidak bisa move on dari sosoknya dan sekarang kamu cari pengganti yang mirip dengannya?"

Leofric berusaha fokus pada pekerjaan, tanpa ada minat ingin menatap mantan istrinya yang duduk di seberang meja kerjanya.

"Kenapa kamu setega ini terhadapku? Kamu mengenalkan Lily tentang violin agar anakku juga menyukai violin. Dan sekarang, kamu sengaja mendekatkan anakku ke Camellia agar kamu bisa terus bersamanya?"

"Camellia tidak ada hubungannya dengan masa lalu kita, Farah. Jangan sangkutkan dia ke masa lalu kita." Leofric menatap dingin perempuan di depannya.

"Tapi, kenapa harus dia? Kenapa kamu tidak memberiku kesempatan kedua? Aku masih sangat mencintaimu, Leofric. Sampai sekarang dan seterusnya. Bahkan, kita sudah memiliki Lily. Yang dia butuhkan cuma orang tua kandungnya, bukan orang tua sambung."

"Apa aku perlu memperjelas kejahatanmu di masa lalu?" Kali ini, Leofric beranjak dari duduknya. Melangkah mendekati dinding kaca, lalu ia menatap tajam Farah dan menghampiri.

"Kalau bukan karena sifat licikmu, kita tidak akan pernah menikah, Farah! Tidak akan pernah!" Leofric menggebrak meja cukup keras, sakit hati pada masa lalunya kembali menyerang.

"Kalau bukan kamu yang membuat dia depresi sampai bunuh diri, aku sudah hidup bahagia dengannya." Dan penyesalan itu, membuat emosinya semakin membuncah tak tertahan. Leofric terus didera penyesalan karena telat menolongnya. Ia juga menyesal kenapa setelah menikah dengan Farah dan memiliki Lily, baru mengetahui fakta kebenarannya bahwa perempuan itu penyebab kematian Sahira--kekasih yang sangat ia cintai sebelum menikah dengan Farah.

Jika ada yang bertanya apa penyebab dirinya menceraikan Farah. Ya, itu. Kesakithatian dan kekecewaannya yang terlalu besar terhadap Farah. Namun, ia tidak pernah sekali pun menceritakan penyebab utama perceraiannya kepada orang-orang, bahkan keluarga. Paling, ia hanya akan memberi jawaban; sudah tidak memiliki kecocokan dengan Farah. Ia masih memiliki hati terhadap perempuan itu. Karena tidak mau anaknya mengetahui perilaku terburuk yang pernah dilakukan maminya. 

"Karena aku mencintaimu, Leofric. Aku mencintaimu. Dan aku yang lebih dulu mencintaimu, bukan Sahira." Farah beranjak. Lantas, berdiri di depan Leofric tanpa rasa takut sedikit pun, meskipun lelaki itu telah menggebrak meja.

"Dia yang selalu merebut milikku dan apa pun yang seharusnya menjadi milikku. Dia yang jahat, bukan aku. Kalau dia depresi, itu salahnya sendiri karena tidak bisa menjaga diri," lanjut Farah, dan saling adu tatap terhadap Leofric.

"Dan kamu yang menjebaknya. Kamu yang merencanakan kelicikanmu. Sengaja merekam dia sedang bercinta dengan pria lain karena obat perangsang sialan itu! Dan kamu yang menyuruh orang untuk mempublikasikan ke media! Kamu berhasil bukan?! Kamu berhasil, Farah! Kamu berhasil membuatku membecinya! Kamu berhasil merusak hubungan kami! Kamu berhasil membuatnya depresi karena dihujat se-Indonesia sampai keluarganya pun membencinya! Kamu berhasil melakukan itu!" Emosi Leofric benar-benar meledak. Suaranya yang berat terdengar menggema di ruangan kedap suara. Matanya seketika memanas, tampak memerah
Begitu pun rahangnya mengetat keras, menahan diri untuk tidak melukai secara fisik perempuan di hadapannya.

Merasakan dadanya teramat sangat sesak dengan napas yang menggebu, Leofric segera mengendorkan ikatan dasi yang terasa mencekik leher sambil melangkah mendekati dinding kaca.

Voice in the Violin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang