Part 21

95 20 7
                                    

Setibanya di rumah, Camellia langsung ditodong banyak pertanyaan dari teman-temannya yang ingin tahu kebenaran dari ucapan Lily. Perempuan itu pun menceritakan hal yang sebenarnya serta memberitahu jika di antara dirinya dan Leofric tidak ada hubungan apa pun. Jika sebelumnya hanya kenalan, sekarang hanya berteman. Tidak lebih dari itu.

"Mell, lebih juga tidak apa-apa," ucap Vivi, menggoda.

Camellia menggeleng di sela riasan keduanya, yang akan mengisi acara Gebyar Gemilang malam ini bersama para musisi-musisi terkenal lainnya.

"Aku lagi tidak ingin menjalin hubungan dengan siapa pun. Termasuk dengan Leofric atau pun Evan. Aku ingin sendiri," balas Camellia sambil terpejam, saat Dara sedang mengoles eyeshadow di kelopak matanya.

"Trauma sama Evan?" tanya Naya, memastikan.

"Ya. Dan para lelaki tentunya. Lihat saja, tidak ada satu pun lelaki yang bisa dipercaya atau diharapkan setelah menjalin hubungan. Evan, yang tadinya terlihat baik, ternyata sebrengsek itu. Suka main tangan. Leofric, kita juga tidak tahu sifat aslinya bagaimana. Jika lelaki itu baik, tidak mungkin dia dan Farah bercerai. Papaku pun, sewaktu aku kecil, aku menganggap dia super heroku. Tapi, ternyata dia juga berkhianat. Tidak ada lelaki yang bisa dipercaya setelah kita menjalin hubungan. Awalnya saja baik, tapi lama-lama keluar sifat aslinya."

"Benar juga, sih." Vivi manggut-manggut setuju. "Jadi takut nikah aku juga."

"Jomlo selamanya juga enggak apa-apa asal happy, ya." Eve menyahut.

"Benar."

Obrolan pun terhenti saat Camellia terdiam untuk mempermudah Dara mengaplikasikan make up ke wajahnya. Padatnya job pekerjaan, terkadang membuat Camellia dan yang lain kurang istirahat. Seperti hari ini, mereka harus bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan persiapan, karena Camellia harus mengisi acara upacara bendera di Istana Negara. Lalu, malamnya, Camellia harus mengisi acara di Monas. Dan besok siang, perempuan itu mengisi acara lagi yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi masih dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia.

Dari satu tempat, pindah ke tempat lain. Terkadang juga masih harus keluar kota. Benar-benar kerja keras bagai kuda. Jadi, jika masih ada yang menganggap Camellia memoroti harta Evan. Bisakah mengirim santet ke orang-orang itu? Enteng sekali jari-jari mereka mengatainya seperti itu. Termasuk keluarga Evan.

Namun, sepadat apa pun pekerjaannya, Camellia tetap melaluinya dengan senang hati. Ingin menjadi orang terkenal adalah pilihannya. Dan menjadi orang terkenal, ia harus siap dengan pekerjaan yang akan semakin padat. Pun, dirinya harus siap mental menghadapi hujatan haters yang merajalela.

Malam harinya, Camellia sudah berada di tempat konser, tepatnya di lapangan Monas. Konser pun berlangsung sangat meriah. Padatnya penonton yang datang untuk ikut merayakan, membuat suasana kemerdekaan serasa begitu nyata. Ada dari penonton yang membentangkan bendera panjang, mengibarkan bendera pada tiang yang digenggam, sorak-sorai kegembiraan pun terdengar begitu menggema saat mereka mengikuti alunan lagu yang sedang dinyanyikan oleh sang penyanyi dari grup band Cokelat, yang juga sedang berkolaborasi dengan Camellia--membawakan lagu berjudul Bendera.

Dengan menunjukkan skill teknik permainan violinnya yang bisa menyeimbangkan instrumen pada nada lagu Bendera, Camellia terlihat begitu asyik dan menikmati. Suara dari instrumen violinnya pun tidak tenggelam dari nada asli lagu tersebut.

"Camelliaaa!"

Saat Kikan menyerukan namanya, Camellia menggesekkan bow dengan lihai sesuai tangga nada yang telah dikuasai, jemari tangan kirinya pun mengatur kunci nada dengan gerakan cepat sekaligus melakukan gerakan vibrato. Seolah-olah, dirinya yang sedang bernyanyi, tapi melalui instrumen violin.

Voice in the Violin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang