Part 16

74 19 7
                                    

"Sial! Ternyata tidak ngefek sama sekali, Ma. Dia masih bisa tertawa dan ceria kayak gini," umpat Patricia, setelah melihat postingan terbaru di YouTube Camellia.

Padahal, selama beberapa hari ini, perempuan itu sudah mendapat hujatan dari banyak haters. Bahkan, ada banyak akun-akun haters yang sengaja menyebar berita hoax untuk saudara tirinya itu. Ia pikir, Camellia sudah tidak berani memunculkan diri di media sosial, setelah bermunculan berita gosip tentang alasan putus hubungannya dengan Evan, dan gosip kedekatannya dengan Leofric Jermanik. Ah, yang terakhir itu, Camellia tidak boleh mendapatkan. Jika sampai bisa mendapatkan Leofric, yang ada akan semakin besar kepala dan angkuh.

Patricia sama sekali tidak terima.

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, Cia." Revina menatap lekat anaknya yang duduk bersantai di sampingnya.

"Apa?" tanya Patricia, penasaran.

"Kita sudah tahu siapa saja yang tidak suka dengan Camellia. Keluarga Evan dan Farah, mantan istri Leofric. Kita memiliki kesamaan, sama-sama tidak menyukai Camellia. Dan memiliki satu tujuan, untuk menghancurkan Camellia. Jadi, sudah paham apa yang harus kita lakukan, 'kan?"

Setelah mendengar penjelasan mamanya, Patricia mulai paham. Ia pun mengangguk semangat di sela senyum sumringahnya. "Aku paham yang dimaksud, Mama."

Revina mulai merancang rencana dan tugas yang harus dilakukan. Tentu ia dan sang anak memiliki peran masing-masing. Keduanya pun sibuk mencari informasi penting untuk melancarkan aksinya.

Dan dua hari kemudian, Patricia yang sudah mengikuti ke mana pun Farah pergi, akhirnya bisa memiliki waktu yang tepat untuk bisa di dalam satu ruangan dengan perempuan itu. Di tempat olahraga pilates, dengan ia mendaftar sebagai member baru.

Selama olahraga berlangsung, Patricia sengaja mencari tempat yang paling dekat dengan Farah. Ia juga terus mencuri pandang kepada perempuan itu yang terlihat sangat cantik, tinggi, tubuhnya terawat sangat bagus, tetapi irit senyum dan tampak sadis ekspresi wajahnya.

Sedari tadi, Patricia terus memikirkan cara apa untuk mendekati perempuan itu. Ingin mengajaknya berkenalan dan sok akrab, tapi nyalinya masih sangat kecil. Hanya melihat tatapan tajam Farah saja sudah membuatnya menciut.

"Kalau mau latihan pilates yang fokus. Salah gerak, uratmu yang kena," tegur Farah, saat melihat gerakan pilates gadis di sebelahnya yang ngawur.

Sementara, Patricia yang mendapat teguran seperti itu, jantung langsung berdegub kencang tak keruan. Ia nerves parah sampai panas dingin.

"Aku seperti pernah melihatmu. Apa kita pernah bertemu?" tanya Farah sambil mengamati wajah Patricia dari cermin depannya. Merasa tidak asing dengan wajah gadis itu.

"Kalau, Kakak, menyimak berita gosip tentang perseteruan Camellia si violinis terkenal itu dan Papa kandungnya. Kakak, pasti akan tahu aku." Patricia bernapas lega karena memiliki kesempatan untuk mengeluarkan isi hatinya yang sedari tadi terpendam.

Farah menghentikan gerakan maju-mundurnya pada pilates bed. Ia duduk bersila menghadap Patricia, lantas menatapnya tajam. Sedangkan, Patricia yang mendapat tatapan itu, nyalinya semakin menciut. Gadis itu juga langsung berhenti melakukan gerakan.

"Kamu saudara tiri Camellia?" tanya Farah, dingin dan datar.

"Iya." Patricia mengangguk. Ia berusaha keras mengumpulkan keberanian untuk berbicara secara tatap muka kepada Farah.

"Sial! Kenapa aku harus bertemu denganmu di sini?" Farah menggeram lirih. Ia benci Camellia. Jadi, orang-orang yang dekat dan memiliki sangkutan dengan Camellia, ia akan membencinya juga.

Voice in the Violin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang