Part 11

80 23 3
                                    

"Vivi, aku nerima job baru," ucap Camellia sambil mendaratkan bokong ke sofa ruang keluarga setelah tiba di rumahnya jam sembilan malam ini. Selesai dari latihan tadi, ia langsung lanjut mengisi acara lain.

Vivi yang sedang melanjutkan pekerjaan mengatur schedule Camellia di tablet, langsung menoleh ke perempuan itu. "Job apa?" tanyanya ingin tahu.

"Jadi guru les privat violinnya Lily."

"Lily? Lily yang fans kecilmu itu?" tanya Vivi, memastikan.

"Iya." Camellia mengangguk mantap. "Bentar. Aku dikasih kartu nama Daddynya." Ia mengambil kartu nama yang tersimpan di saku celana. Bahkan, tadi belum sempat dibaca saking sibuknya. Memberikannya kepada Vivi, dan langsung diambil alih oleh perempuan itu.

"Kamu bantu atur waktunya, ya. Tapi, nanti konfirmasi dulu sama Daddynya Lily, apakah Lily sedang tinggal dengannya atau tidak? Soalnya, Lily tinggalnya bolak-balik. Kadang di tempat Daddynya, kadang di tempat Maminya."

"Astaga, Mellia! Ini beneran?" Bukannya membalas ucapan Camellia, Vivi justru terbelalak setelah membaca kartu nama Leofric.

"Beneran apaan?" Camellia mengernyit bingung.

"Gila! Daddynya Lily, Leofric Jermanik? Kamu tahu dia siapa?" tanya Vivi, penuh semangat sambil menatap Camellia. Sedangkan, perempuan itu menggeleng polos.

"Leofric Jermanik. Direktur Utama Jermanik Group. Itu salah satu perusahaan gurita di negara ini. Ternyata fansmu anak dari konglomerat, Mellia," ucap Vivi, keheranan dan kagum.

"Masa?" sahut Camellia di tengah ketercengangannya. Ia sering mendapat undangan para konglomerat untuk mengisi acara pribadi maupun perusahaannya. Nama Leofric Jermanik pun sudah tidak asing untuk dirinya karena sering mendengar. Tapi, ia belum pernah melihat wajahnya secara langsung. Selain tidak ingin tahu kehidupan orang lain, ia juga tidak pernah stalking orang-orang yang tidak memiliki sangkut pautnya dengan dirinya.

"Wait! Aku cari tahu tentang dia." Dengan cepat, Vivi langsung berselancar ke Google mencari tahu tentang Leofric Jermanik. Nama lelaki itu muncul di deretan paling atas. Dengan segera ia mengeklik namanya. Begitu masuk halaman, banyak blog yang menuliskan tentang profil lelaki itu, sekaligus menyertakan foto resminya yang gagah dan berwibawa.

"Ke mana saja kita? Sampai tidak tahu ada lelaki ini di kota ini?" Pertanyaan Vivi seolah mencurahkan keheranannya.

"Biasa aja, Vivi." Tapi, Camellia juga heran sendiri sebenarnya, kenapa sampai tidak tahu tentang Leofric.

Dengan suara keras, Vivi membacakan profil lelaki itu, "Anak dari Balthazar Jermanik dan Gizel Jermanik. Mantan istri, Farah Anastasia. Nama anak, Lily Febbyola Jermanik. Pewaris tunggal ke-dua dari Jermanik Group, setelah ayahnya meninggal. Oooh, Balthazar Jermanik sudah wafat saat di Eropa tahun lalu. Jadi, Leofric yang meneruskan perusahaannya sekarang."

Camellia yang penasaran, langsung bergabung dengan Vivi--mendaratkan bokong di samping sang manager. "Farah Anastasia. Seperti pernah dengar namanya," celetuk Camellia. 

"Model, Camellia."

"Oooo, pantas." Camellia manggut-manggut. "Tapi, aku enggak tahu orangnya," lanjutnya sambil meringis malu.

"Orang kamu cuma fokus ke kariermu doang. Fokus ngebranding diri. Mana sempat ngurusin dan ingin tahu kehidupan orang," ejek Vivi.

Sementara, Camellia yang mendengar tersenyum lebar. "Untung ada kamu yang bantuin ngurus schedule dan ngehandle semuanya. Thank you, Pipiku." Ia langsung merengkuh Vivi dari samping, penuh sayang.

"Guys! Guys! Guys! Gawaaat!" Naya yang baru keluar dari kamar mandi, berlari tergopoh-gopoh menghampiri Camellia dan Vivi. Membuat kedua perempuan itu langsung menoleh ke arahnya.

Voice in the Violin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang