Mandira, 20 November 2023
Kala itu suasana gemerisik air datang dari langit. Mengusik dedaunan hijau yang sudah tidak haus lagi seakan berada di lautan.
Seorang pemuda datang dengan payung itu, tersenyum dengan bibirnya yang hampir membiru. Dia menjemputku...***
Mandira merasa terhormat, karena sebuah rumah sakit yang lengkap dan maju berdiri di ujung desa. Akhirnya Mandira tidak lagi menjadi desa tertinggal tanpa fasilitas pengobatan seperti dulu, apalagi rumah sakit bernama Aksata Medika dapat bersaing dengan rumah sakit di kota. Mereka sangat bersyukur akan hal ini, padahal pemerintah saja sering mengabaikan hal ini karena desa ini termasuk desa yang sulit untuk dibangun. Terletak di tengah hutan, perbukitan, sungai, dan pantai. Mereka diapit oleh komposisi alam yang indah, semua orang akan rela menghabiskan sisa hidupnya di dalam Mandira.
"Menurut lo ada maksud jahat nggak, ya dari Aksata Medika? Kenapa seseorang lebih peduli sama desa ini dibanding pemerintah itu sendiri?" tanya Jaisy kepada Kakaknya yang sedang membantu untuk mengepak barang.
Jaisy adalah seorang dokter muda yang mendapatkan tugas untuk tinggal di Mandira. Sebenarnya itu terkesan seperti mimpi, rumah sakit di tengah hutan tentu adalah hal yang menyenangkan, tidak akan banyak pasien dan tidak membuat kelelahan. Dia punya cukup waktu untuk menjaga kesehatannya sendiri, tapi ia selalu berwaspada tentang segala sesuatu.
"Bersyukur, nggak semua orang bisa jadi dokter. Lo baru lulus kemarin dan langsung diterima kerja di sana bersyukur, denger-denger tempatnya juga bagus."
"Iya bagus, tapi jauh."
"Jangan banyak ngeluh!" Kemudian dua saudari itu berpelukan.
***
Mandira seindah itu, Jaisy bisa melihat pemandangan indah yang lantas menyambutnya saat jendela mobil terbuka membelah aspal hitam yang akhirnya menemui batas, terhubung dengan jalan setapak yang sedikit bergeronja, tapi dapat dikatakan ini jalan yang cukup mulus. Pohon-pohon cemara dan mangga, lalu beberapa pohon yang tak diketahui jenisnya menyapa Jaisy yang tampak bahagia menemukan tempat ini.
Kemudian, jemari indah itu menulis sesuatu di buku. Isinya tentang bagaimana Mandira membuatnya jatuh cinta.
Rerumputan tebal tampak tak liar, terlihat terawat meski dibiarkan begitu saja, memberikan kesan surga saat Jaisy menapakkan kakinya. Sesaat sejuk berubah menjadi dingin, gemerisik gerimis mulai membuat gadis cantik berambut panjang itu kalang kabut mencari tempat berteduh.
Tempat tinggalnya masih terletak sekitar satu kilometer, ia tidak mau membuat koper besarnya basah. Seluruh pakaiannya berada di dalam.
"Aduh! Tolong jangan hujan dulu!" pinta sekaligus gerutu Jaisy.
Seseorang berpayung plastik berlari kecil menghampiri Jaisy, memberikan peneduh yang lantas membuatnya sedikit tenang. Di bawah payung yang menghadang hujan Jaisy bisa menatap sosok yang terlalu indah, lebih indah dibandingkan pesona desa Mandira.
"Dokter Jaisy?" tanya pemuda itu, tersenyum dengan bibir pucat yang kering. Mata Jaisy tidak bisa berkedip, dunianya sudah dihentikan paksa hanya dengan senyumnya.
Mulai bingung dengan Jaisy yang membeku, pemuda tampan pemilik luka di tengah-tengah bibir bawahnya itu mengerutkan dahinya. "Atau bukan?" tanya orang baru itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Titimangsa ✔️
ФанфикMandira, 20 November 2023 Saat aku pertama bertemu dengannya. Aku tuliskan dengan indah bagaimana dia datang menjemputku setelah hujan, lalu dia juga yang meninggalkan aku di tengah hujan.