Mandira, 28 April 2023
Mulanya, aku berpikir bahwa Mandira adalah tempat bersenang-senang. Teman-teman kuliahku tidak akan percaya bahwa aku bisa menjadi dokter di surga, tapi aku menyadari bahwa Mandira tidak seindah itu. Mandira menyimpan tiga teman yang saling berharap hidup lebih lama, sesederhana lebih lama meski dengan kesakitan luar biasa. Mereka tidak butuh surga karena merasa sudah cukup dengan kebersamaan mereka di Mandira.
Sembuh menjadi kata yang bersinonim untuk mati.Ngomong-ngomong aku merawat Dafa hari ini, tapi hatiku melayang ke Aksata. Apakah dia baik-baik saja? Aku merasa dia bisa sekarat kapan saja dan aku merasa harus ada di sana.
***
"Dafa? Sekarang sudah lebih baik?" tanya Jaisy begitu memasuki ruang rawat Dafa. Pemuda itu hampir seperti albino, pucat di atas brangkar dengan wajah yang tak menunjukkan ekspresi bahwa dia baik-baik saja.
Dafa mengusap wajahnya. Sejak kemarin dia belum menemukan Aksata sama sekali.
"Kenapa aku bisa digendong Aksata, kakek-kakek itu!" Sebenarnya Dafa hanya merasa bersalah, dia sangat mengenal Aksata, lebih tepatnya penyakit Aksata yang sering kelelahan ekstrim saat beraktivitas.
"Bukan karena rambutnya dicat blonde dia kaya kakek-kakek, ya!" peringat Jaisy, kemudian mencabut nassal canulla Dafa yang sekarang sedang tersenyum dengan kurva indah di bibirnya. Hari ini mungkin sudah cukup untuk bermanja dengan tabung oksigen, Dafa akan mencoba bernapas sendirian.
"Kenapa? Naksir ya sama Aksata?" tanya Dafa, jika pemuda itu tidak seperti mayat hidup pasti Jaisy sudah menggilas bahunya dengan cubitan maut, ia masih punya cukup nurani meski salah tingkah membuatnya berwajah merah sekali.
"Kalau aku jadi kamu aku bakal dengan percaya diri nyatain perasaanku ke orang yang aku suka," ucap Aksata mulai mengandai. Dia yang seperti ini tidak punya kepercayaan diri sama sekali meski ia punya seseorang yang amat dikagumi.
"Kamu dokter dan sehat, kalau sakit pun bisa kamu obati sendiri. Rasanya pasti menyenangkan hidup seperti itu, tidak akan ada kekhawatiran. Pasti tidak akan khawatir tidak bisa melihat Mandira lagi," sambungnya penuh dengan rasa sesal.
"Kamu suka seseorang?" tanya Jaisy, fokusnya masih sibuk dengan pemantauan kondisi Dafa. Pemuda itu tertawa sumbang, untuk apa menyukai seseorang yang terlalu sempurna jika sehat pun dia tidak punya?
"Kamu butuh bantuan buat nyatain perasaanku?" tanya Jaisy.
Dafa mendesis karena merasakan jarum tajam menusuk kulit bahunya.
"Jangan, lupain aja."
"Kalau kamu nggak nyatain perasaanmu karena takut mati terlebih dahulu, aku mau ngasih tahu kalau seseorang akan merasa sangat dicintai karena kamu mencintainya sampai mati."
***
Sejak matahari terbenam kemarin Aksata merasakan tubuhnya luluh lantah. Biasanya hanya beraktivitas pun akan membuat tubuhnya kelelahan, sedangkan kemarin dia membawa pria seratus delapan puluh satu senti di atas punggungnya. Hampir 24 jam Aksata berbaring di atas ranjang menikmati kelelahan.
Karena kesulitan bernapas dengan mandiri pula kemarin dia menggunakan oksigen yang selalu disimpan di bawah kolong tempat tidur, agar istirahatnya tidak terganggu sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titimangsa ✔️
FanfictionMandira, 20 November 2023 Saat aku pertama bertemu dengannya. Aku tuliskan dengan indah bagaimana dia datang menjemputku setelah hujan, lalu dia juga yang meninggalkan aku di tengah hujan.