Bab 30

89 3 0
                                    

><_Penguasa Kota Wu & Kisahnya_><


          Seekor burung melintas di atas lembah di bawah kaki bukit Yushan. Lembah yang dulunya hanya berupa hutan belantara yang dihuni ribuan binatang buas, kini sudah berubah menjadi sebuah kota yang sangat ramai penduduk dan damai.

          Setiap hari warga selalu ceria dan bersemangat dalam melakukan aktivitas. Karena namanya adalah 'Wu' yang berarti menari atau tarian, hampir seluruh sudut gang terdengar musik tradisional dan terlihat orang-orang berkerumun menyaksikan tarian.

          Di pinggir jalan, ada kios-kios jualan beranekaragam makanan ringan dan barang-barang yang mempesona. Ada juga warung kecil beratap jerami, berdiri tak jauh dari gerbang kayu yang di atasnya terdapat plakat dengan tulisan 'Wu'. Dan beberapa pemuda sedang menikmati teh dan arak di warung tersebut sambil mengobrol dengan asyik.

          Di sudut Timur, di bawah pohon cinnamomum cassia. Sekelompok anak kecil sedang duduk di tanah dengan eskpresi serius, mendengarkan cerita seorang kakek berambut putih dikuncir satu dan berjenggot panjang dengan warna yang sama. Dia berpakaian putih polos dan memegang buku di tangan kanan layaknya seorang sarjana. Wajah tuanya yang keriput tampak sangat menghayati sewaktu menceritakan kembali asal mula 'Kota Wu' persis seperti seorang pendongeng.

          Katanya, lima tahun silam, seorang pemuda kesepian dengan aura suram berdiri tegap di atas bukit, menatap ke bawah lembah yang masih berupa hutan belantara dan dihuni ribuan binatang buas. Berdiam diri cukup lama, menantang angin kencang yang membuat jubah hitamnya berkibar-kibar dengan kuat. Wajahnya tertutup tudung, terlihat sangat misterius layaknya malaikat pencabut nyawa.

          "Pohon tua berdiri sendiri di tanah gersang, daunnya rontok, dahannya kering. Pohon itu telah melihat banyak musim berganti, merasakan embusan angin dan sinar matahari yang membakar. Berdiri dengan kokoh, tapi tak ada yang tahu bahwa kesepian selalu merayap dalam setiap dahannya." Pria tua yang biasa dipanggil kakek Ye itu mencoba menirukan kalimat yang pernah si pemuda misterius utarakan lima tahun silam. Alih-alih terdengar menyedihkan, malah terkesan lucu karena suaranya yang agak serak.

          Kakek Ye berhenti sejenak dan batuk dua kali. Setelah pernapasan sedikit lancar, dia segera melanjutkan. "Jutaan tahun itu terlalu lama. Hidup tanpa melakukan apa-apa bagai pohon tanpa akar. Aku tak ingin menjadi kapal yang tenggelam di laut luas setelah jangkarnya ditarik. Anjing gila akan selalu menggonggong sebelum melampiaskan kemarahan atas dendam lama."

          Melihat anak-anak mendengarkan dengan fokus, Kakek Ye semakin bersemangat dan mengatakan, setelah si pemuda misterius mengucapkan kalimat-kalimat menyedihkan itu, dia terjun bebas ke dasar lembah. Kemudian secara gila-gilaan membunuh semua binatang buas. Tindakannya sadis dan brutal.

          Bayangan gelap melintas di bawah cahaya bulan purnama. Berlarian dengan liar, segesit angin dan tak terduga seperti serigala yang sedang memburu mangsanya di tengah malam. Kabut hitam di tangan kanan berubah menjadi pedang dengan bilah yang tajam serta mematikan, ujungnya runcing, berwarna hitam, memberikan kesan menakutkan.

          Pengaitnya berwarna emas. Bentuknya seperti kepala naga dengan desain yang rumit. Sedangkan desain di gagangnya sangat sederhana dengan aksen emas sehingga terkesan mewah. Saat digenggam, itu memberikan kesan nyaman.

          Binatang buas pertama yang sosok misterius itu hadapi adalah sekumpulan serigala berbulu putih bersih dan sangat lebat. Matanya berwarna kuning keemasan, tajam dan terlihat sangat cerdas.

          Wajah pemuda itu sedikit terangkat, memperlihatkan sebagian wajah dari dagu sampai bibir, memperlihatkan warna bibir merah muda pucat dan kulit yang sangat pucat seolah tak memiliki setetes pun darah di tubuh.

[BL] Legendary Artifact of the Demon ClanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang