Bb

389 38 9
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!







2006







Kalau tidak tiduran di UKS ya di gudang penyimpanan, seperti sekarang ini yang tengah dilakukan seorang siswi kelas 3 SMA.
Kerap kali dirinya hilang di jam pelajaran- pelajaran tertentu, salah satunya matematika, pokoknya semua pelajaran yang mengharuskannya menghitung.

Soya Anggasta, siswi yang terjebak di jurusan IPS, bukan... bukan berarti dia ingin masuk IPA. Soya sama sekali tak menginginkan masuk ke jurusan manapun, di IPA dia benci menghitung, di IPS dia malas menghafal. Ada pun jurusan bahasa, Soya juga tak menyukainya.

Kenapa sih, harus ada penjurusan?

Matanya berkedip- kedip mengamati langit- langit gudang penyimpanan, diatas sana ada beberapa jaring laba-laba, bahkan ada yang sudah menghitam warnanya.

Gudangnya tampak sedikit berantakan, namun tak berdebu ataupun terkesan angker. Di salah satu bagian tembok ada 3 jendela kaca yang berjejer menghadap belakang sekolah, yang selalu memberikan penerangan lewat jendela tadi.

Tangannya dilipat di belakang untuk menumpu kepala, kakinya yang terulur digoyang- goyangkan. Soya tengah menikmati waktu luang yang ia ciptakan sendiri, tubuhnya terbaring santai ditumpukan matras 5 lapis.

Tak melakukan apa pun cukup berbaring saja, bisa membuat Soya bahagia. Tinggal menunggu bel istirahat, kalau tidak ya bel pulang.

Hitung- hitung sembunyi dari murid- murid lelaki yang mencoba mendekatinya.




Hampir saja terlelap saat dia melamunkan jajanan yang berbaris diluar gerbang sekolah, ketika satu suara terdengar, pintu terbuka, mengganggu waktu tenangnya.

Oh, Soya tak perlu bersusah payah bangun hanya untuk menilik siapa pun itu yang masuk, paling juga seseorang yang mengambil atau mengembalikan barang.

Bersyukur juga tumpukan matras tempatnya bersantai terhalang oleh rak-rak tinggi berisi tumpukan kardus.

Kalau pun dirinya terkunci di dalam, seperti yang pernah beberapa kali dialaminya karena ketiduran, Soya akan selalu keluar lewat jendela yang sebelumnya telah ia rusak kuncinya.

Soya mendengus, dan kembali memejamkan matanya, namun rungunya masih bisa mendengar suara langkah kaki wara wiri. Itu bukan hanya sepasang sepatu, tapi ada 2 pasang sepatu yang bergesekan dengan lantai.

Penasaran, akan tak adanya suara lain selain suara langkah yang seolah stuck di satu tempat. Soya perlahan bangkit, merangkak dengan hati- hati, mengintip dari sela-sela tumpukan kardus yang tersusun asal.

Soya tertegun lantas mulutnya terbuka berbarengan dengan mata yang membola. Ini pertama kalinya ia melihat secara langsung 2 orang yang sedang bercumbu, dan lebih gilanya itu adalah teman sekelasnya.

Soya menggeser tubuhnya, berbalik dan duduk memeluk lutut, entah kenapa tiba- tiba saja tubuhnya meremang. Ia merasa malu padahal bukan ia yang telah melakukan hal tak senonoh itu.

"Apa gue perlu tempat persembunyian yang baru." Gumam Soya, dirinya jadi gundah.

Bagaimana jika mereka besok kembali lagi?


















"Kenapa Lo?" Todongan pertanyaan di berikan pada Soya dari teman sebangkunya, Seyra.

Soya kembali ke kelas dengan wajah lesu, tubuh lunglainya ia dudukan di kursi, menimbulkan bunyi berdecit. Untung saja guru pelajaran selanjutnya belum datang.

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang