Ee

274 37 19
                                    







Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















2006










Hari ini gilirannya bertugas di depan gerbang sekolah, memantau kelengkapan seragam para murid. Wajahnya yang jutek tak sekali dua kali mendapat bisik berisik dari adik kelas hingga teman seangkatan.

Namun Jane tak mempedulikannya, selama mereka tak melanggar peraturan sekolah.

Satu persatu murid melewatinya juga anggota OSIS lainnya, tugasnya mengamati dan menghentikan, ada anggota OSIS lain yang mencatat, Lalice. Juga ketua OSIS yang sengaja ikut untuk memberikan sepatah dua patah kata, semprotan pedas untuk para murid pelanggar peraturan.

"Berhenti!"

Seruan dari Jane untuk 2 murid yang berboncengan dengan mio merah, sang pengemudi mengerem pelan agar tepat berhenti tepat di depan wakil ketua OSIS.

Helm hitam kebesaran dengan merk berbeda dari motornya ia benarkan, wajahnya tertekuk. Si pembonceng komat kamit dalam hati, semoga dia bisa lolos dengan mudah.

"Ngapain?!" Soya, si pengendara sudah sebal sepagian ini sejak dari rumah tadi, "Gue rasa, seragam gue lengkap juga rapi!" Cerocos Soya agak tak terima dirinya di hentikan.

"Jangan bikin ribut. Ada Toyadi, ketua OSIS." Bisik si pembonceng, Seyra, dari balik punggungnya.

Baru juga dibicarakan, si ketua OSIS sudah lebih dulu menamparnya dengan teguran bernada sinis.

"Seragam Lo lengkap terus rapi. Tapi dimana- mana seragam pramuka itu sepatu sama kaos kakik warnanya item. Sepatu Lo warnanya putih."

Cekikikan terdengar dari mereka yang kebetulan berada di sana, tak terkecuali Toyadi yang malah bersmirk seolah sengaja mempermalukan salah satu si primadona.

Soya sadar, tapi mau bagaimana lagi? Ia melirik sinis kebelakang, dimana karibnya menampilkan cengiran tanpa dosa. Kalau tidak karena tadi dia dan Seyra berebut sepatu, sudah pasti dia yang memakai sepatu hitamnya, bukan Seyra.

Kenapa juga sahabat kurang ajarnya ini harus menginap? Ingin meminjam sepatu milik kakaknya, Soya tak berani melangkahkan kakinya ke kamar Irena.

Sepagian ini sudah sial saja nasibnya.

"Lo liat?"

Bukannya merespon ucapan ketua OSIS, Soya malah menatap Jane dan bertanya. Tentu saja dengan wajah yang tertekuk kesal.

"Aku gak buta."

Soya menatapnya dengan wajah yang benar- benar memberengut kesal, sedangkan Jane dengan wajah datarnya yang menambah kesan jutek.

"Lice, catet kesalahannya." Perintah Jane pada teman di samping kirinya, namun tatapannya masih mengunci pada Soya, yang juga masih betah diatas motor.

"Lepas sepatu Kamu disini, terus lari keliling lapangan 5 kali."

Soya mengeraskan rahangnya, nafasnya pun perlahan memburu, terlihat sekali dia sedang menahan amarah. Namun gadis cantik itu tetap manut, ia turun dari motor yang telah di standarkan lbih dulu, melepas helm yang di serahkan pada Seyra juga backpacknya kemudian.

"Kamu boleh masuk." Tunjuk Jane pada Seyra yang tentu saja langsung diangguki.

Setidaknya doa Seyra terkabul, bisa lolos dengan mudah.

Sekarang bagaimana 2 primadona itu saling berhadapan, yang tentu saja membuat siapa pun itu harap- harap cemas pada apa yang akan terjadi.

Semua penghuni sekolah tahu, mereka bukan rival, tapi apa setelah ini mereka akan baik- baik saja. Si jutek dan si humble.




















HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang