Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
2006
Mio merah perlahan berhenti, berhenti tepat di depan pagar hitam kecil rumah milik Jane. Soya menelisik rumah di hadapannya ini, rumahnya tak terlalu besar, tak ada garasi seperti di rumahnya, spot untuk memarkirkan motor pun tak ada.
Soya tersentak atas pergerakan di belakang punggungnya, Jane turun lantas berdiri di sebelah Soya yang langsung berganti mengamati setiap pergerakan si jutek. Jane melepas helm milik Soya yang ternyata juga kebesaran untuk kepalanya.
"Makasih." Singkat, padat, dan jelas sembari menyodorkan kembali helm pada si empunya.
Soya tersenyum kecut menerima kembali helm Hondanya. Ini dirinya tak di persilakan masuk dulukah? Minum es sirup dulu?
Susah memang berurusan dengan manusia jutek irit omong pula.
Namun Soya tetap mengangguk, "Gue balik dulu." Soya baru ingat bahwa mereka bukan teman.
Mesin motor telah di hidupkan kembali setelah sempat di matikan, bahkan Soya telah memakai helmnya tatkala pintu rumah Jane terbuka. Baik Jane mau pun Soya sama- sama menoleh ke arah pintu yang telah terbuka lebar, menampilkan seorang wanita baya.
"Jane... temennya kok gak diajak masuk?"
Jane, menggigit ujung bibirnya, gadis itu bimbang dengan pertanyaan bundanya yang adalah perintah. Masalahnya ia tak pernah membawa pulang siapa pun, selain Lalice yang sesekali datang, itu pun lebih sering ia hiraukan.
Namun gadis humble itu menyahuti terlebih dulu, dengan senyum cerah, "Lain kali aja, Tante. Ini udah mau sore."
Masih berdiri diambang pintu, bunda dari Jane itu kembali berucap namun tatapannya mengarah pada Jane yang terlihat enggan berkomentar.
"Beneran...? Tante baru bikin brownies banyak, loh..."
"Brownies?!" Pekikan pertanyaan yang kelewat antusias nyatanya berhasil membuat bunda Jane tertawa tanpa suara.
Kepala keluarga Nararya itu senang sekali kalau Jane membawa temannya ke rumah, selain Lalice tentunya, tapi Jane sendiri tak pernah membawa temannya. Anak tunggalnya itu terlalu cuek, terlalu membatasi untuk bersosialisasi, terlalu sering di rumah dari pada bermain dengan gadis seusianya.
Bukannya memiliki anak yang begitu berbakti membuat bunda Jane itu tak suka, hanya saja beliau terlalu miris dengan sifat anaknya yang terlalu masa bodoh.
"Tante itu seneng kalo ada yang maen ke sini..." Soya tersenyum dengan penuturan wanita baya itu, "... di rumah cuman ada tante sama Jane..."
Soya melirik Jane di sebelahnya, gadis itu tengah memasukan potongan brownies ke dalam box dengan anteng. Soya meringis dalam hati, benar yang di katakan bundanya, gadis itu terlalu cuek. Bahkan Jane tak tertarik masuk ke dalam obrolan tamu dan si pemilik rumah.
"Jane." Panggilan sang bunda membuatnya berhenti sejenak, Soya masih meliriknya yang sekarang berganti dengan terang- terangan menoleh padanya.
"Iya?" Jane sadar, tapi ia tak mau menoleh barang sekejap pun pada Soya.
Kenapa dengan Jane? Itu hanya Soya yang biasanya.
Yang biasanya membuat darah tinggi.
"Sudah ada berapa box itu yang Kamu isi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIT ME UP! (JENSOO)
Fanfiction"Gak ada yang namanya ikhlas, yang ada itu terpaksa lalu terbiasa."