Mm

209 33 8
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!






















2006









Seharusnya sih, sudah sejak dua jam yang lalu dirinya berada di rumah. Seharusnya sih, dirinya sudah berbaring di ranjang empuknya setelah mengenyangkan perut. Seharusnya sih, ...ah, sudahlah.

Yang penting Soya tengah berbunga, bisa mengobrol dengan apa pun dengan Jane selama perjalanan mengantar si jutek, meski dirinya harus putar balik untuk bisa pulang.

Yang lebih penting lagi, dirinya bisa membawa pulang sebox brownies dari bundanya Jane. Makanan manis favoritnya.

Oh, dan satu lagi, bukan si cerewet yang banyak bicara waktu di angkutan tadi, tapi itu Jane. Soya membiarkan Jane berceloteh apa pun, kali tadi juga untuk pertama kalinya dirinya menjadi seorang pendengar, dengan sesekali tergelak tawa.

Soya menghela nafas di pekarangan rumahnya. Bibirnya apa tak mati rasa? Sejak tadi bibir itu melengkung keatas, entah sudah berapa lama.

Bahkan saat kawannya keluar dari rumahnya, si tamu langganan sampai menganga melihat si pemilik rumah macam orang gila berdiri di tengah pekarangan, mesam mesem.

"Makanya jangan suka pulang maghrib, jadi kesambet 'kan?"

Cebikan muncul menggantikan bibir yang merekah, kerutan di dahi menanyakan sosok Seyra.

"Gue mau balikin motor Lo!" Namun Seyra terlihat murung tak seperti biasanya.

"Napa Lo? Terus kunci gue mana?" Menyodorkan tangan kanan, meminta.

"Ini." Menunjuk kunci yang tersembunyi di saku seragam, wajahnya masih tertekuk.

"Oh... ya udah, yok masuk!" Yang diajak menggeleng, "Ngapa? Biasanya juga Lo pulang kalo udah dapet makan." Cibir Soya.

"Gak, mau pulang aja gue." Menghempas lengan Soya yang telah menyampir apik di pundaknya, "Lagi gak mood."

"Kunci motor gue mana, woy?!" Pekikan terdengar saat Soya mengekori langkah Seyra menaiki motornya.

"Motor Lo, gue bawa balik. Besok minta kakak Lo yang anterin!"

"Lah?!"

Tak peduli, sepertinya suasana hati sang karib tengah feeling blue. Bahkan tancap gas tanpa salam perpisahan.

"Sipit anju!"

Soya mendengus namun dirinya kembali tersenyum, teringat kembali pada Jane yang ternyata bisa tersenyum lebar juga.

"Imut, hehehe..."

Langkahnya riang memasuki rumah pada pintu yang masih terbuka.




"Hello Soraya."

Seruan seseorang hampir saja membuatnya terjatuh karena tersandung kaki sendiri. Soya menoleh, itu Welene juga Irena yang menertawakan dirinya yang tersentak.

"Oh?! Hay, Wel... len?" Senyum kikuk, "Aku keatas dulu, mau mandi."

"Soya, tunggu!"

Seruan kembali membuatnya menghentikan langkah, padahal tungkainya telah menyentuh anak tangga. Menoleh, karena yang memanggil kakak tersayangnya yang galak.

"Iya, Mbak?"

"Kamu liat lipgloss mbak, gak?"

Menggeleng dengan cepat juga kencang, "Gak! Aku anak polos, gak pake lipgloss!"

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang