Ll

166 28 19
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















2006








"Aelah! Ngapa jadi gini, sih?!"

Soya memberengut sebal dengan gerutuan keluar sepanjang perjalanan, ini kalau dirinya tak sayang pada si karib mana mau ia membiarkan Seyra ikut dengannya, juga Lalice.

Kok?!

Iya, Seyra menginap di rumah pak RT, kemarin Seyra pulang menumpang motor Lalice. Bukannya minta diantar pulang, Seyra malah main ke rumah Lalice yang berakhir menginap. Soya paham, sebagai anak yang orang tuanya sama- sama PNS, kata sepi itu pasti.

Tapi ya tak juga begini caranya!

Niat awal Soya adalah untuk mengajak Jane berangkat bersama, namun sayang beribu sayang, Jane lebih dulu pergi. Soya sudah sial sepagian ini. Bertambah sial karena harus bertemu Seyra yang baru saja keluar dari rumah Lalice.

Menjadi triple kesialan Soya pagi ini, karena dia harus membonceng Lalice juga, bonceng bertiga dengan mio merah berangkat sekolah jadinya.

"Ya, maaf... supra gue di bawa bokap!"

"Sama temen jangan pelit!"

"Tapi gak gini juga lutut gue sakit! Gue nyetirnya mepet banget ini, nyet!"

Seru sahut- sahutan dari mereka membuat pengendara lain menoleh, terganggu juga heran mungkin. Semoga saja tidak ada polisi pagi ini, karena juga hanya Soya yang memakai helm.

"Kaki Lo gak panjang kayak punya Lalice! Gitu aja ngeluh!"

Cibiran dari Seyra membuat yang di cibir mengerem mendadak. Untung sudah di pinggir jalan dekat gerbang sekolah.

Yang tentu saja membuat Seyra juga Lalice maju tersentak saling menabrak, bahkan Soya korban dari ulahnya sendiri, tertabrak dari belakang.

"Gue kegencet!" Pekik Seyra yang ada di tengah.

"Turun Lo! Udah nebeng, gak tau diri!" Maki si empunya motor.

Menggeleng dengan kencang, tangan di lingkarkan pada perut si pengemudi, begitu erat macam tentakel gurita. Soya mendengus, membenarkan helm yang hampir jatuh karena tak di kaitkan dengan benar.

Lalice di belakang turun, menepuk satu- satu bahu teman barunya, "Gue turun di sini aja, itu Toyadi udah ngeliatin." Menunjuk yang di maksud dengan dagu, "Gak cuma di semprot, di sindir seharian yang ada gue ntar."

Lalice membenarkan tas panggulnya, merapikan seragam lantas menyeret tungkainya menuju gerbang.

"Mangat, Mbak Lice!" Teriak Seyra.

Soya juga melihat Jane di sekitaran gerbang bersama beberapa anggota OSIS, ini dirinya harus bersikap seperti apa? Beramah tamahkah atau bagaimana, kalau hampir semua penghuni sekolahan mengenali mereka sebagai musuh.

Bukan, bukan musuh yang selalu bertengkar, tapi sebagai anggota OSIS dan musuh abadinya, murid langganan BK.

"Ayok!" Seruan dengan tepukan di punggung menampar kesadaran Soya, bahkan Seyra telah membenarkan posisi duduknya.

Soya kembali mendengus dengan setelahnya melajukan motor memasuki gerbang sekolah. Lagipula hari ini seragamnya lengkap, jadi ia yakin para budak sekolah tak 'kan menghentikannya.

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang