Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
2006
"Jane? Kamu kenapa, Nak?"
Tubuh mematungnya di ambang pintu di hampiri sang bunda yang nampak khawatir, ia; senior Nararya, pindai penampilan Jane berakhir pada wajah memerah putrinya.
"Kamu sakit? Wajah Kamu merah, Jane..."
Kecemasan sang bunda hanya di jawab dengan gelengan, namun detik berikutnya air mata justru turun tanpa permisi. Terkesiap, dengan sigap wanita baya itu menangkup wajah Jane.
"Jane?!" Panik tentu saja, "Kamu kenapa?! Soraya mana?!"
Lagi- lagi hanya gelengan sebagai jawaban dengan tubuh meringsek mendekap sang bunda.
"Bund..."
Ia belai surai hitam putrinya, rasa cemas belum sirna namun yang bisa ia lakukan hanya menenangkan sembari menunggu putrinya bercerita.
Bertanya?
"Aku boleh jatuh cinta gak?"
Bunda Jane mengkerut heran, ia mendorong Jane menjauhkan diri dari dekapan, menelisik wajah memerah putrinya.
Aneh. Maksudnya, kenapa harus bertanya, meminta ijin untuk jatuh cinta?
"Kamu nangis cuma gara-gara itu?" Selidik beliau, Jane mengangguk kecil yang membuat bunda Jane menghela nafas, menariknya kembali tuk di dekap.
"Kirain bunda kenapa? Lucu Kamu, jatuh cinta kok malah nangis..." terkekeh bunda Jane menanggapi putrinya.
Nyatanya, kekehannya membuat Jane semakin terisak, kekehan gelinya yang tak mengetahui keresahan serta ketakutan sang buah hati, membuat Jane semakin merasa bersalah.
Bolehkah jatuh cinta?
Jatuh cinta pada Soraya, yang juga seorang gadis?
Apa tidak apa-apa?
Tubuh Soya juga mematung.
Mematung di ambang pintu juga, bedanya, gadis itu mematung karena dekapan tiba-tiba dari sang kakak, Irena. Bagi Soya, ini terlalu mencurigakan, manakutkan.
Seingatnya, ia sedang tak atau telah membuat masalah, ia juga tak meminjam sesuatu. Lipgloss yang waktu itu pun telah ia ganti, Seyra yang mengganti maksudnya.
Tapi kenapa Irena sesenggukan dengan mendekap erat tubuh sang adik? Sumpah! Sekujur tubuh Soya di buat merinding.
"Mbak..." suaranya tak di sahuti, malah rembesan air mata serta ingus ia rasa di bagian dadanya.
Soya menatap horor Irena yang malah makin meraung. Gadis itu mendengus, akhirnya ia menggiring, mendekap dengan seretan paksa ke arah ranjangnya. Menjatuhkan tubuh mereka berdua di sana.
Irena berguling ke samping, tengkurap menyembunyikan wajah basahnya, namun tangisan tak juga reda.
Soya menghela nafas dengan lirikan sinis pada Irena di sebelahnya, "Keliatannya aja kecil, tapi berat Lo! Banyak dosa pasti!"
"Hiks!"
Sekali lagi melirik, kali ini dengan alis tertekuk keheranan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Apa yang Soya lewatkan dari tolakannya pada makan malam bersama keluarganya?
KAMU SEDANG MEMBACA
HIT ME UP! (JENSOO)
Fanfiction"Gak ada yang namanya ikhlas, yang ada itu terpaksa lalu terbiasa."