Tt

180 21 15
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















2006









Kejadian minggu sore kemarin, apa yang Soya lihat membuatnya murung seharian ini. Ia meremang pada apa yang di lihatnya, dirinya hanya tak menyangka, kakaknya akan melakukan hal sejauh itu.

Untuk berciuman, oke. Karena dirinya juga melakukannya hanya karena rasa penasarannya. Lalu bagaimana dengan bergumul dengan sesama gadis?

Soya baru pertama kali melihatnya.

Apakah hal itu wajar? Apakah pergaulan orang luar memang seperti itu? Apakah Welene mengajari Irena untuk...

Tidak! Tidak! Tidak!

Soya menggeleng kencang pada pemikiran-pemikiran tak berujungnya. Padahal ia bukan Irena yang melakukan semua itu, tapi kenapa dia yang tampak resah?

Soya hanya...

Pikirannya kacau, sekacau- kacaunya. Begitu rumit apa yang dilakukan kakaknya.

Ini maksudnya apa?

Irena itu baru ketahuan mengandung tujuh bulan, tadi malam. Dia mengakuinya, dia melakukannya bersama tunggal keluarga Gunawan, keluarga yang meminangnya.

Tapi, bagaimana dengan Welene?

Sebenarnya mereka punya hubungan yang bagaimana? Hingga Irena yang telah mengandung pun sempat menolak, meski tak sampai pada orang tuanya.

"Yok, pulang!" Seruan Seyra di sebelahnya dengan tertutupnya buku miliknya yang di pinjam, menyadarkannya pada lamunan.

Seyra yang tengah membereskan barang- barangnya, kembali menyenggol Soya dengan buku yang di pinjamnya. Merasa heran dengan karibnya yang sejak tadi diam.

Meraih bukunya sendiri yang di sodorkan, "Menurut Lo, kalo cewek sama cewek ngelakuin itu..."

"Itu apa?" Seyra yang telah memanggul tasnya, berhenti, memberikan seluruh atensi pafa Soya yang tampak tak seperti biasanya.

"Itu..." cicit Soya.

"Apa?!" Tak juga paham, tentu saja.

"Aelah... kawin! Kawin!" Seru Soya geram, "Biasanya juga langsung konek kalo bahas beginian, ngapa sekarang jadi telmi?"

"Ngomong kek dari tadi!" Seyra memutar mata malas, "Lagian Lo cuma bilang cewek sama cewek ngelakuin itu. Ya itu apa?!" Balas Seyra.

Soya mendengus, memasukan bukunya ke dalam tas, "Menurut Lo, kalo cewek sama cewek kawin, salah satunya bisa hamil gak?"

"Goblok Lo! Lo kata hemaprodit, berkelamin ganda!" Cibir Seyra, "Eh, tunggu! Lo ngomongin manusia bukan hewan 'kan ya?" Curiga Seyra.

Soya menggeleng ia menghela nafas, "Mbak Irena hamil."

"HAH?!"

"Tujuh bulan."

BRAKH!

Seyra gontai, tangannya bertumpu pada meja tangannya yang satu lagi memijit pelipisnya, yang tiba-tiba berdenyut.

"Kok gak keliatan perut buncitnya?" Tanya Seyra setelah menenangkan diri.

"Gue yang serumah aja gak tau." Matanya kembali menerawang jauh, "Kata mamah, itu karena mbak Irena gak mau sama bayinya... terus bayinya kayak nurutin kemauan ibunya, ngumpet, jadi perutnya gak keliatan."

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang