Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
Yang satu sengaja menghindari, yang satu sok tak peduli. Setiap pertemuan di ketidak sengajaan mereka, yang entah sudah keberapa kali, yang entah sudah berapa lama, keduanya saling membisu.
Baik Jane juga Soya kembali pada posisi mereka masing- masing, mengenal hanya sebatas nama. Yang membedakan mungkin perasaan mengganjal dengan ketidak pastian.
Betapa mereka sekarang saling mengasingkan diri, seolah tak pernah diantara mereka berbagi tawa, berbagi cerita...
Berbagi dekap serta kecup.
Padahal rindu sudah pasti ada, tapi kembali lagi, ego mereka membelenggu, menahan diri untuk mengalah. Mengalah tuk mengawali kembali.
Kembali tanpa kepastian, melanjutkan dosa tabu mereka atau mengakhiri? Berakhir saling mendiami.
Untuk berapa lama? Sampai mereka lulus? Setelah lulus? Apakah Soya dan Jane akan menjadi orang asing?
Satu yang pasti, menghindarnya Jane adalah karena alasan yang jelas. Demi dirinya sendiri juga Soya. Karena bagaimana pun pertengkaran mereka kemarin Jane tak menampik, bahwa Soya yang telah memekarkan hatinya.
Nama Soya yang tak bisa di sebut kembali dan terpendam dalam hati, wajah yang dirindukan, memendamnya sendiri bukanlah dosa.
Jane tahu, meski setiap hari dirinya bisa melihat Soya, namun rasa rindu begitu mencekik, rindu itu benar adanya. Hanya melihat tanpa bisa saling menyapa, nyatanya begitu menyiksa. Walau dirinya sendiri, lebih memilih menghindarinya.
Tak 'kan ada yang menyadari situasi diantara mereka, bahkan para karib Jane juga Soya. Tidak satu pun.
Karena apa yang terjalin diantara mereka, adalah dosa yang nyatanya tuk di sembunyikan.
"Soy... Soy..."
Tatapan matanya kosong, pikirannya entah kemana, helaan nafas sesekali menemani lamunan panjangnya.
"Soybean!" Pekikan dengan tipe-x mendarat di pelipis akhirnya menyadarkan Soya dari lamunannya.
"SIPIT!"
Teriakannya dengan tubuh yang tiba- tiba bangkit berdiri membuat kursi yang ia duduki terjatuh, suara membahana berisiknya mengusik penghuni lain perpustakaan sore itu.
Delikan serta teguran di layangkan pada sepasang karib; Soya juga Seyra itu, membuat keduanya tertawa kikuk lantas meminta maaf tanpa suara. Berakhir dengan Soya dan Seyra menghela nafas bersamaan, melanjutkan aktifitas mereka semula, mencatat dan melamun.
"Gak usah ngelamun lagi..." tegur Seyra, kali ini dengan bisikan.
Bukannya menjawab, si humble kembali menghela nafas, dengan lebih dalam dan panjang. Tampilan lusuh serta wajah lesunya mencuri perhatian Seyra.
"Apa gegara masalah kakak Lo itu?" Soya mengangkat sebelah alisnya, "Abis Lo cerita kalo mbak Irena selingkuh terus hamil..." suara Seyra yang berbisik itu benar- benar lirih, "Lo jadi murung."
Pungkasan Seyra membuat Soya tersenyum miris.
Masalah keluarganya langsung selesai begitu Irena di nikahkan, mungkin kakaknya yang murung karena masalahnya sendiri.
Kekecewaannya pada Jane semakin menumbuhkan ego dirinya, mengikatnya agar tak menyapa bahkan melirik gadis jutek itu.
"Gue sumpek." Celetukan Soya di barengi dirinya yang beranjak berdiri tanpa membereskan peralatan belajarnya, membuat Seyra mengkerut heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIT ME UP! (JENSOO)
Fanfiction"Gak ada yang namanya ikhlas, yang ada itu terpaksa lalu terbiasa."