Ff

276 39 7
                                    







Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















2006


"Bunda turun dulu, ya? Di bawa tidur aja lagi."

Jane mengangguk dengan senyum lemah.

"Surat ijinnya udah di titipin sama Lalice anaknya pak RT."

Jane kembali mengangguk, sembari membenarkan posisi berbaringnya dan menarik selimut sampai di bawah dagu.

Bundanya mendaratkan kecup di kening putri tunggalnya, sebelum benar- benar meninggalkannya untuk kembali beraktifitas.

Jane menghela nafas setelah bundanya menutup pintu kamarnya, ia merapatkan mata dengan gigitan di bibir bawah. Semburat warna merah karena malu bercampur dengan merah tubuhnya yang demam tinggi.

Dirinya tak pernah menyangka, begitu tiba di rumah ia akan terserang demam. Jane benar- benar tak tahu kenapa bisa sampai seperti itu hanya karena melihat orang berciuman, untuk pertama kalinya, di depan matanya langsung.

Jane tak tahu jika dirinya yang shock akan berkeringat dingin dengan banyak, setelah sempat merasa mual. Seingatnya ia hanya menggigil dengan tubuh meremang karena membayangkan adegan itu.

"Kenapa sih, aku...?" Lirihnya, ia mendesah, "Itu cuma ciuman..." tubuhnya ia tenggelamkan dalam selimut yang ia tarik hingga menutupi seluruh tubuh.

"Aku sering liat juga kok, di drama Korea..." suara gumaman teredam karena tertutup selimut.

"ARGH...!!!"

Teriakan diikuti tersibaknya selimut membuat nafasnya memburu, tiba- tiba ia merasa malu.

"Ada apa, Jane?!"

Tentu saja teriakan dari putrinya yang tengah sakit membuatnya cemas, bagaimana sekarang Bundanya menghampiri dengan tergesa.

"Ada apa?" Tanyanya dengan penuh kelembutan seraya mengusap keringat di dahi landai Jane.

"Bund... aku malu..." rengeknya.

Rasa malunya tumbuh bukan karena pada apa yang telah ia lihat, tetapi pada Soya yang juga ada di sana. Dimana dia yang tiba- tiba muntah di hadapan gadis yang pagi itu ia hukum.

Hilang sudah imagenya yang terkenal berwibawa (jutek) serta tak tersentuh.



















"Aku gak mau sekolah..." rengekan dengan tarikan pada tangan bungsu Anggasta yang berjongkok di depan pintu masuk.

"Kamu bikin masalah apalagi sampe gak mau sekolah, hah?!" Teriakan di muntahkan sulung Anggasta yang masih menarik Soya yang tetap keuh- keuh tak mau beranjak dari pintu masuk.

"Pokoknya aku gak mau masuk sekolah!" Soya masih mencoba melepas tarikan Irena di kedua tangannya.

"Kalo perlu pindah sekolah!" Pekik Soya.

Geram, Irena hempas tangan Soya hingga membuatnya terjungkal ke belakang. Sang kakak berkacak pinggang, menatap penuh emosi bercampur heran pada adiknya yang padahal telah memakai seragam lengkap.

"Kamu gak ngerjain PR 'kan?!" Tuduh Irena pada akhirnya.

"Ngawur! PRnya selalu nyotek di kelas." Sunggut si bungsu yang berusaha berdiri.

"Berati bener!"

"Apa?!"

Diam- diam Soya perlahan mundur.

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang