Rr

197 28 26
                                    









Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















2006










Weekend kali ini berbeda, malam minggu lebih tepatnya, ajakan marathon movie dari kaset yang telah di sewa Seyra, ia tolak. Pun ajakan makan malam mewah dari papa mamanya yang sudah lama ia impikan juga di tolak.

Ada apa dengan Soya yang lebih suka bengong menyendiri? Si humble sekarang malah lebih memilih merepotkan diri keluar malam, dari pada merebahkan diri di depan TV seperti biasanya.

Dengan setelan wah berdiri di depan rumah Jane di temani sang tuan rumah, nyonya Nararya. Setelan training putih ditutup leather jacket milik Irena, tak ketinggalan sendal biru putih anti selip sebagai pelengkap penampilan.

Senyuman paling manis diberikan untuk bunda Jane dari balik helm hitam longgar juga kebesaran itu, Senior Nararya membalas dengan senyum prihatin, melihat bagaimana penampilan Soya.

Beliau yakin Soya itu dari keluarga berada, dapat dilihat dari tas punggung yang ia gendong. Tapi melihat bagaimana Soya bermain dengan style, membuatnya kembali tersenyum miris.

"Bund!"

Suara Jane memutus kontes senyum miris melawan senyum manis. Kedua puan dengan beda usia menoleh pada si pemanggil, senyum Soya semakin merekah melihat Jane.

Jane terlihat manis dengan blouse putih skinny jeans serta flat shoes senada atasan, senyumannya pun tak kalah manis menatap Soya yang tampak konyol dimatanya namun menggemaskan.

"Mau pergi kemana sih, sebenernya Kalian?" Tanya bunda Jane sembari menerima jabat tangan putrinya berpamitan.

"Rahasia." Soya menjawab dengan gelengan, "Cuman anak muda yang boleh tau."

Sontak saja bunda Jane memuntahkan tawa pada sikap tengil Soya, bahkan Jane sampai mengulum senyum malu-malu.

"Iya-iya, tante gak mau ganggu Kalian, kok." Bunda Jane mengatur nafasnya, lelah tertawa, tak ada habisnya beliau kalau masih meladeni Soya.

"Tante malah seneng Kamu ajak Jane keluar rumah, jadi anaknya gak ndekem aja di dalem kamar."

"Bund!" Pekik Jane, hampir saja Soya menyembur tawa.

"Iya-iya, maaf..." bunda Jane terkikik geli melihat putrinya memekik.

"Lain kali ajak Jane cari pacar juga, biar tau gimana rasanya pacaran."

Tersentak mereka berdua pada ujaran puan paling tua diantara mereka, hati mereka serasa dicubit, tersentil pada kalimat yang bahkan bukan sindiran.

Soya tak dapat menjawab, gadis itu hanya meringis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lupa. Dia masih memakai helm.

Bisa gawat kalau sampai bundanya Jane tahu, bahwa ia sering entah yang keberapa kali mencium putrinya.

"Bund, Jane gak mau pacaran, apalagi bentar lagi ujian kelulusan." Gadis itu menyeret paksa lengan Soya.

"Ayo, ntar bunda tanya-tanya yang lainnya." Bisikan Soya membuat Soya mengangguk mengerti.

Soya menyerahkan helm pink yang sejak tadi anteng diatas jok, berniat memakaikan helm tersebut namun ia lupa sesuatu.

"Eh, bentar, lupa gue!"

Soya kembali berlari menghampiri bunda Jane, meraih tangannya lalu diciumnya. Meski pun sempat tersentak namun sang bunda berhasil kembali tertawa.

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang