Dd

241 34 3
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















2023








Gerimis belum juga reda meski sinar mentari pagi mulai mengintip dari balik awan kelabu, pun lalu lalang kendaraan beserta orang- orang semakin memadati jalanan, mengingat sebentar lagi jam masuk kantor juga sekolah.

Berbanding terbalik dengan dua puan dari balik dinding kaca di cafe gedung perkantoran ini, tak seperti beberapa waktu lalu yang memang di dominasi oleh suasana canggung. Kali ini keduanya menikmati kopi pagi mereka dengan suasana hening yang menenangkan, dengan sesekali mereka akan mengulum senyum.

Sungguh lucu juga membuat malu?

Mengingat kembali bagaimana mereka berdua untuk pertama kali memulai konversasi. Bahkan saat itu mereka bukan anak kecil yang baru masuk SD, tetapi sungguh, mengingat kembali momen mereka, membuat keduanya terkikik geli.

Lagu You are the Reason dari Calum Scott mengalun memenuhi ruang cafe yang di dominasi dinding kaca, Soya tersenyum, ia tahu siapa yang memutarnya. Winnie, pegawai cafe kesayangan Soya tahu lagu favoritnya.

Soya melipat bibirnya ke dalam setelah menyesap kopi pahitnya, cup kopi yang masih panas ia putar- putar pada telapak tangan. Ia melirik puan di sebelahnya yang terlihat sedang mengamati aktivitas diluar jendela, ia pun terlihat tersenyum lalu menggeleng, macam tengah mengingat satu kejadian lucu.

"Kenapa?"

Jane menoleh karena pertanyaan Soya dan mendapatinya dengan wajah lugu, ia pun kembali tersenyum lalu menggeleng.

"Enggak... tadi aku cuma keinget waktu Kamu protes pas aku hukum nyapu halaman."

"Euy..." seru Soya seperti tadi mereka tak berbagi kecanggungan saja.

"Ya Kamu keterlaluan juga, masa sampah satu kecil pula dihukumnya nyapu halaman sekolah yang luas?" Cibir Soya tak lupa dengan bibir yang mengerucut.

Jane tergelak tawa, oh sungguh, sekarang mereka sama- sama nyaman satu sama lain. Syukurlah, setidaknya Soya tidak harus pusing memikirkan topik apa yang harus di keluarkan untuk menahan Jane.

Meski untuk beberapa saat.

Sungguh wanita cantik itu merindukan sosok yang sekarang ada di sebelahnya.

"Lagian Kamu disuruh ambil lagi sampahnya, gak mau..."

Soya terkesiap,

"Kalo Kamu ambil terus buang ke tempat sampah, aku juga gak bakal hukum Kamu."

Soya terdiam, ia bersemu malu.

Benar, bukankah itu ke bodohannya sendiri? Mengapa baru sekarang ia menyadarinya? Serius? Setelah 15 atau 16 tahun?

Jadi sudah selama itu Jane pergi dari masa lalunya?

Miris memang.

Toh Soya bukan temannya apalagi kekasihnya, ingin mengutarakan kekecewaan pun tak bisa jadinya.

"Ehem!"

Deheman guna mengusir rasa malu juga pengalihan rasa semu yang tiba- tiba muncul.

Di sesapnya lagi kopinya yang perlahan mendingin, sebenarnya ia sadar kalau Jane belum mengalihkan atensi pada dirinya. Dan itu benar- benar membuatnya agak gugup.

"Kenapa?"

Akhirnya setelah berhasil mengatasi kegugupan memalukannya, Soya melempar tanya, karena juga Jane yang masih betah menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan.

"Kenapa Kamu langsung nerima hukuman itu?"

"Hm?"

"Waktu itu kupikir Kau akan mendebatku panjang lebar, karena Kau tampak..."

Mata mereka bertemu, entah apa yang mereka pikirkan saat mencoba masuk kedalam netra satu sama lain.

Mungkinkah Jane juga merasakan apa yang Soya rasakan?

Rindu.

Atau...

Soya tertegun, bagaimana ia melihat Jane memindai wajahnya seolah ada yang tengah ia cari.

"Kau tak berubah sama sekali."

Soya kembali terkesiap pada ujaran Jane, dan entah kenapa itu membuat matanya memanas beserta sesak di dada.

Bolehkah ia menjeritkan kerinduannya?

Bolehkah ia mendapat jawaban dari alasan menghilangnya Jane?

Bolehkah ia menyuarakan kekecewaannya?

Rasa kecewa pada seseorang yang pernah tanpa permisi masuk dan pergi sesuka hati, menjadikannya bagai orang buangan.

Namun, sekali lagi, dia bukan siapa- siapa untuk Jane. Apa yang pernah mereka lakukan adalah keingin tahuan jiwa muda yang mudah terbakar emosi dan gairah.

Soya tak punya hak pada Jane.

Setidaknya, memang seperti itulah kesepakatan mereka dari awal.

Dan kalau salah satu sampai menaruh rasa, maka memang seharusnya itu menjadi tanggungan diri sendiri.

Maka nikmati sendirilah rasa sakitnya.

"Berubah ato tidaknya aku... bukankah Kamu gak tau?"









 bukankah Kamu gak tau?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEYRA



















TBC

Other kind of feedback would be very much appreciated.

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang