Jj

227 36 6
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















2006







Matanya tertutup dengan lengkungan ke atas tipis, nyaris saja ia tertidur jika saja ia tak mendengar pintu gudang berbunyi terbuka. Soya beringsut perlahan, merangkak lantas mengintip dari celah tumpukan kardus. Itu Jane.

Senyumnya semakin merekah melihat si jutek, sebelumnya ia mesti mengintip memastikan bahwa benar itu adalah orang yang tengah ia tunggu. Bukan Rosie yang akan membawa pasangannya yang entah siapa pun itu.

Soya bergeming, membiarkan Jane memutari isi gudang mencari keberadaannya. Jahil sudah menjadi sifatnya, Soya terkikik geli melihat gadis itu mulai sebal karena tak kunjung menemukannya.

Lagipula kenapa tidak memanggilnya saja, huh?

Puas melihat wakil ketua OSIS itu kebingungan, Soya perlahan bergerak mendekat, berjinjit terkikik di belakang Jane. Tangannya terangkat bersiap memberi kejutan, wajahnya semakin berkerut gemas karena pikiran jahilnya.

Namun sayang, Jane terlebih dulu dengan terburu memutar tubuhnya.

BRUGH!

Soya jatuh tersungkur ke bawah, tubuhnya yang telah dekat terdorong bahu Jane yang tiba- tiba berbalik.

"Soraya?!" Terkejut pun pasti, apalagi setelah mendapati tubuh Soya yang terjerembab diantara bola basket.

Jane bergegas berjongkok di dekat Soya yang berusaha duduk, menepuk- nepuk telapak tangannya yang kotor. Alisnya tertekuk dengan bibir mengerucut, sial, memang selalu sial 'kan dirinya?

Jane masih memindai tubuh Soya yang tak terluka sama sekali, namun wajah khawatir menunjukan bahwa gadis itu benar- benar menyesal. Meski ini murni bukan kesalahannya, tak sengaja dan ini tentang Soya yang selalu sial.

Khe khe khe...

"Kamu gak pa-pa 'kan?" Pertanyaan muncul di barengi tubuh yang beringsut bangkit lantas membantu si sial, mulai sekarang itu julukannya, berdiri.

"Gak pa-pa!" Jawaban dengan agak dongkol di barengi tangan yang menepuk rok bagian belakang.

Soya menghela nafas, mungkin untuk mengusir rasa sebal juga, lalu ia memindai Jane dari sepatu hingga bando pink yang di kenakan.

"Kenapa?"

"Gak pa-pa."

Random memang, selamat datang di dunia Soya, Jane.

"Alesan Lo apa buat bisa kemari?" Soya melangkahkan kakinya ke pintu.

"Ijin ke toilet."

Soya mengunci pintu, waspada dengan siapa pun yang bisa saja masuk ke gudang, terutama untuk Rosie.

"Gue juga ijin ke toilet." Soya tersenyum.

Tentu saja itu bohong, sudah sejak tadi dia tiduran di sini, ini jam pelajaran matematika jadi dia bolos.

Soya kembali melangkah, kali ini menuju ke tiga jendela kaca, menutup tirainya. Tirainya dari renda tipis, jadi tak menghalangi cahaya mentari masuk, paling tidak, tak akan bisa di lihat dari luar jendela.

Soya mendekati Jane dan berdiri di hadapannya, tak terlalu jauh tak pula terlalu dekat, berjarak dua langkah sudah cukup bagi Soya.

"Mau kapan?" Soya memandangi Jane yang menunduk, "Jane..."

HIT ME UP! (JENSOO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang