Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
Hari ini, tepatnya pagi ini Irena terpaksa harus mengantarkan adik kesayangannya ke sekolah, tak sampai di situ, bahkan Irena tak beranjak sebelum bel masuk benar- benar berbunyi. Tentu saja agar adiknya itu tak melarikan diri dan berujung membolos.
Bahkan saat sampai pun di depan gerbang, Irena masih harus menarik Soya agar segera turun dari mobil. Susah memang mengurus bungsu yang kelewat manja.
Menjadi anak dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil, membuat Irena menjadi sosok yang mandiri, mengurus diri sendiri serta Soya.
Anak tetangga sudah menjadi julukan untuk mereka sejak kecil, selagi di tinggal bekerja. Bertemu dengan orang tua hanya selepas maghrib sampai subuh, menjadikan Soya manja haus kasih sayang. Benar- benar berbalik dari sang kakak.
Kembali lagi pada Soya yang sudah duduk anteng menunggu guru datang, dengan wajah di tekuk. Meski pun terlihat kesal, sebenarnya Soya tengah menahan malu, terlihat dari telinga yang memerah.
"Diem bae, sariawan Lo?"
Seyra yang baru datang melemparkan tas ke kursi miliknya, sementara dirinya berdiri di seberang Soya yang kini tampak bengong. Makin mengernyit heranlah sang karib, bagaimana ia juga melihat semburat merah muncul di pipi Soya.
"Gue malu banget, sumpah." Ujar Soya tiba- tiba, namun pandangan matanya masih kosong menatap tumpukan buku paket di hadapannya.
"Kenapa malu? Biasanya juga malu- maluin." Cibir Seyra yang segera mendudukan dirinya di kursi sebelah Soya.
"Tadi..." pandangannya masih kosong, "Mbak Irena narik gue keluar mobil sampe gue jatoh..."
"Jatoh doang ngapain malu?" Seyra yang belum tahu kerisauan Soya, "Biasanya juga tembok diem Lo tabrak."
Biasanya juga, Soya akan membalas perkataan penuh cibiran dari Seyra dengan menggebu- gebu. Untuk kali ini dia diam, membisu.
Sementara itu di jurusan bahasa, kelas di mana Jane berada, keadaan tak jauh berbeda mendominasi Jane. Di mana dia dengan pipi bersemu merah menatap kebawah dengan memilin jemari di atas meja.
Sengaja berangkat mepet, menghindari tuk bertemu dengan Soya, malah dirinya di kejutkan dengan terlemparnya gadis itu dari mobil begitu ia baru saja sampai di depan gerbang sekolah.
Tentu saja mata mereka akhirnya bertemu dan sama- sama terkejut kemudian. Jane yang masih diliputi rasa malu pun berlari, sungguh bukan Jane sekali yang biasa tenang dengan sedikit angkuh.
Meninggalkan Soya di belakang yang masih harus diamuk oleh seseorang, yang ia yakini sebagai kakaknya.
Jane mendesah, ia melipat tangannya di atas meja lantas menguburkan wajahnya pada lipatan itu.
Dan semua pergerakan serta keresahan Jane, tak luput dari seseorang yang duduk 2 kursi di belakangnya. Seorang siswa yang telah lama menaruh hati padanya.
"Semoga aku gak ketemu dia lagi." Gumaman yang begitu lirih itu terselip permohonan, doa.
Dan doa Jane tak terkabul.
Bagaimana sekarang mereka; Jane serta Soya tengah berhadap- hadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIT ME UP! (JENSOO)
Fanfiction"Gak ada yang namanya ikhlas, yang ada itu terpaksa lalu terbiasa."