Berubah

210 11 1
                                    

Chapter lebih pjng ya

|
|
|

Alex tengah terduduk lemas menatap ruang dokter. Lama dirinya menunggu sekitar 30 menitan lebih dia terduduk menunggu kondisi ohm. Pikirannya masih melayang2 membayangkan kejadian barusan. Dan tiba tiba dokter keluar dari ruangan, dengan sigap alex memandangi dokter tersebut " bagaimana dok kondisi teman saya?" tanya alex menatap lemas sang dokter. Dokter tersebut menghela nafas lalu berkata semua hal tentang  kondisi ohm.

Di sisi lain ohm samar2 membukakan kedua matanya, dia melihat sekeliling nya. Tampak selang infus menempel erat di tangannya. Ohm memijit pangkal kepalanya, berniat duduk namun alex berjalan kearahnya dan mencegahnya "Berbaringlah"ujarnya mengembalikan posisinya seperti semula.

"Alex? Lo kok bisa disini, gue.."ucapnya terpotong melirik sorot mata alex lalu menatap selang infus. Terlihat raut wajah  alex kian teduh menatap sosok di depannya. Lama mereka diam, tak  ada percakapan di antara mereka sampai ohm kini berbicara "Gue minta sama lo jangan kasih tau siapa pun termasuk nanon"serunya melirik wajah alex di sampingnya.

Mendengar ucapan ohm alex memandangnya "Kenapa? Dia pacarmu, nanon berhak tau. Dan penyakitmu ini..."balasnya terpotong. " gue mohon sama lo lex"sela ohm meraih tangan alex memohon.

Alex terdiam mendengar ucapan ohm, dirinya juga merasa sakit melihat ohm menderita seorang diri. Tapi kenapa? Kenapa ohm merahasiakan penderitaannya begitu lama, terlebih lagi ketika mendengar penjelasan dokter tadi. Sudah sangat lama ohm mengalaminya, begitu lama bahkan ohm harus mengonsumsi obat2 an untuk mengurangi rasa sakitnya. Dia tau dia tidak sedekat itu dengan ohm, namun alex juga menaruh hati padanya. Sedari smp ketika dirinya melihat sosok ohm yang membelanya dulu.

"Gue gak mau nanon sedih, gue gak mau liat dia nangis lagi. Stop untuk kedua kalinya gue udah bikin dia nangis, gue juga gak mau liat teman2 gue bokap gue tau. Yang ada gue bakal jadi beban untuk mereka. Jadi lex plis rahasiain semua ini, pliss.. bantu gue sekali aja...ughkk ughkk" lanjut ohm bersuara diselingi dengan batuk darah.

Dengan cepat alex mengambilkan secarik tisu di atas meja dan mengelap darah yang ada di tangan ohm"gue gak apa - apa kok"ujarnya tersenyum dengan eajah pucatnya.

"Okeh, gue bakal tutup mulut tapi dengan syarat" balas alex.

"Mn..terserah apapun syaratnya gue  penuhi"ucap ohm. Ohm menggaguk mengiyakan semua syarat yang di berikan alex. Keduanya  sepakat untuk menjaga rahasia yang mereka punya saat ini.

'Drttt...drt..."
Ohm menatap layar handphone nya mendapati nama nanon tertera di layar handphonenya. "Gue harus cabut" ujarnya beranjak turun dari ranjang. Namun aksinya di hentikan oleh alex "kondisi lo masih lemah, kalo lo pergi sekarang yang ada lo pingsan lagi kaya tadi" ucapnya panjang lebar.

Ohm menatap alex tersenyum" tapi nanon udah telfon gue"balas ohm menunjukkan layar handphonenya. Alex menatap ohm tajam "Tidur atau gue cepuin?!"ancam alex menatap ohm tajam, ohm mengagguk patuh lalu kembali terbaring di ranjang.

Nanon tengah mondar mandir terus menghubungi ohm namun sang empu enggan untuk mengangkat nya. Satu notif masuk dari ohm 'gue tidur di mansion daddy, lo tidur aja' isi pesan tersebut. Nanon menaikan alisnya membaca pesan tersebut 'lo gue?'batin nanon merasa ada yang janggal.

Pagi hari tiba kini ohm sudah lumayan membaik, tetapi oleh sang dokter tidak di perbolehkan keluar. Tetap saja bagi ohm larangan adalah perintah jadi diam2 dia pergi pagi2 sekali dengan motor sportnya. Wajahnya yang tadinya pucat kini mulai ada sedikit kehidupan.

Ohm memarkirkan motornya di bagasi mobil lalu masuk kedalam  mansion. Dan terlihat seseorang yang tengah berdiri menunggunya "Dari mana aja kamu? Kenapa gak pulang"ujar nanon pelan terkesan kesal.

My enemy my first love [Ohmnanon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang