20. Suspense

1K 131 26
                                    

10:00.

Saat ini lalisa dan mr.yang sedang berada disuatu tempat yang lebih layak disebut gedung tua. Tempat ini sengaja ia siapkan untuk seseorang yang sangat spesial. Ia ingin memberikan hadiah yang luar biasa untuk wanita ini.

Di gedung tua tersebut sudah ada satu wanita yang duduk dengan mata tertutup kain. Lalu tali mengikat tubuhnya, dan borgol yang mengunci kedua tangan dan kakinya.

Belum lagi mulutnya yang sengaja diberi lakban hitam, agar wanita didepannya ini tidak bisa berkata apapun, walau hanya sedikit.

Wanita itu terus meronta-ronta seolah berkata "tolong lepaskan aku". Lalisa tersenyum seperti seorang psikopat. Ia belum pernah merasakan dendam sedalam ini pada seseorang.

Lalisa membuka kain penutup mata wanita itu, dan ketika terbuka, ia menunjukan smirk yang menakutkan.

"Apa kau suka tempat ini, diana flipo firth?"

Ya..
Wanita itu adalah diana, mereka berhasil menangkapnya. Selama ini ia bersembunyi di sebuah desa di thailand, jauh dari hiruk pikuk kota.

Sudah 4 bulan waktu berlalu sejak insiden tersebut, dan diana baru berhasil ditemukan. Wanita ini cukup lihai dalam bersembunyi.

Jennie sampai saat ini belum juga tersadar.. Dokter telah menyatakan jika jennie dalam kondisi vegetatif. Dan kemungkinan dia untuk bangun semakin sedikit.

Lalisa marah, sangat marah.. Terlebih lagi saat ini didepan matanya ada manusia yang membuat kekasih hatinya terbaring lemah di rumah sakit, bahkan ia belum tentu bisa bangun lagi.

"Kenapa diana? Apa kau terkejut bisa melihatku lagi disini? Apa aku semakin menawan?" Lalisa mendekati diana dan mulai mengelilinginya.. Sambil sesekali memutar-mutar pistol yang sejak tadi ia pegang ditangannya.

Mr.yang baru kali ini melihat lalisa dalam sisi yang berbeda. Setelah informasi jika nona muda semakin tipis harapannya untuk bangun. Lalisa sudah bukan lagi lalisa yang dulu. Ia kini begitu acuh, dingin, dan kejam. Tidak ada pancaran hangat dalam dirinya, lagi.

Diana hanya bisa membulatkan matanya, ia tidak mampu mengatakan apapun, atau melakukan apapun. Lalisa segera berhenti didepan wanita itu dan dengan sekuat tenaga melepas lakban yang menempel dimulut diana.

"Aaaaahh.." Diana berteriak kesakitan. Tenaga lalisa tidak main-main, ia merasa mulutnya terkoyak.

"Hahahaha.. Apa itu sakit? APA ITU SAKIT? KATAKAN!!!"

Lalisa berteriak didepan wajah diana, urat-urat lehernya menyembul menandakan ia berteriak sekuat yang ia bisa.
Kemudian ia memasang kembali lakban hitam itu.

"Yang kau lakukan pada jennie lebih menyakitkan dibanding ini.. Apa kau puas? Cinta apa yang kau punya hingga membuatmu menjadi BRENGSEK!!"

DORR..

Satu tembakan lalisa arahkan ke lampu yang kini pecah dan ruangan mulai lebih gelap dari sebelumnya. Diana gemetar ketakutan, dan mr.yang mencoba menenangkan lalisa. Ia takut lalisa akan diluar batas.

"Saat ini.. Kekasihku sedang sekarat. Dia tidak bisa melihatku, mendengarku, memelukku, DIA TIDAK BISA!! Bahkan aku tidak yakin apa aku bisa melihat lagi mata indahnya. Dan itu semua terjadi karenamu diana. KAU BRENGSEK!!"

DORR..

Satu tembakan kembali lalisa arahkan ke sembarang arah.. Diana semakin gemetar ketakutan, air matanya mulai keluar dengan deras. Keringat dingin telah basah diseluruh tubuhnya.

"Dengarkan aku, aku akan membawamu ke neraka setelah ini.. Membiarkanmu tinggal disana selamanya!! Kau tidak akan pernah menemui mati, sebelum kau menangis darah dan meminta kematianmu sendiri. Aku tidak akan melukai tanganku untuk membunuh wanita sialan sepertimu. Jika sampai jennie tidak kembali lagi, akan kupastikan kau seperti didalam neraka bahkan saat kau mati!!"

I Wov U Jennie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang