17. My Jennie

1.4K 132 21
                                    

Flashback on

"Chaeng.. Kau akan membawaku kemana? Kenapa aku harus memakai penutup mata ini? Apa ini kejutan seperti di serial drama? Kau akan menyatakan perasaan padaku?"

Chaeyoung tidak bisa lagi berkata-kata. Kenapa wanita didepannya ini sangat unik. Kenyataannya memang itulah yang ia siapkan. Dia ingin menyatakan perasaannya pada kim jisoo. Tapi kenapa akhirnya jadi begini? Kejutan yang gagal sebelum dimulai. Haish..

"Kim jisoo tidak bisakah kau berpura-pura tidak tau apa yang akan aku lakukan?" Chaeyoung nampak lesu, ia yang awalnya bersemangat kini tidak memiliki tenaga lagi.

"Ah.. Mianhae, aku terlalu berterus terang. Tapi jika memang begitu kenyataannya. Ayo kita mulai dari awal dan berpura-pura tidak tau apa yang akan kau katakan padaku. Kajja mulai."

Chaeyoung semakin lesu mendengarnya, jisoo yang menyadari mood chaeyoung buruk segera menggenggam tangannya.

"Chaeng.. Mianhae.. Aku memang gadis yang bodoh.. Aku terkadang seperti orang yang tidak bisa serius membahas apapun. Tapi, aku bisa jamin jika kau menjadi pacarku.. Kau akan bahagia. Aku akan membuat hari-harimu terasa lebih hidup. Hmm.. Chaeng, maukah kau menjadi kekasihku?"

Sekali lagi. Jisoo membuat chaeyoung merasa bahagia dan terluka juga terkejut. Ia bahagia karena jisoo mengajaknya berpacaran. Ia terluka karena ide menyatakan perasaannya direbut gadis yang ia cintai. Dan ia terkejut, ternyata jisoo yang lebih dulu mengatakannya.

"Huaaaaa kim jisoo.. Harusnya kalimat itu diucapakan olehku.Hiks.. Kau tega." Chaeyoung menangis seperti anak kecil.

Apa yang salah? Dalam hati kim jisoo.

Flashback off

"Hmm.. Seperti itulah kira-kira ceritanya jendeuki.. Akhirnya chaeyoung hanya menangis dan berhenti menangis saat makanan datang disajikan. Aku bingung, saat ini apa aku dan dia berpacaran atau tidak."

"Eonnie, kenapa kau begitu idiot? Aku tidak percaya saat ini kau menempati posisi CMO dikantorku. Aku harus memeriksa kembali CV yang kau kirimkan.. Jika tidak dimasa depan perusahaanku akan bangkrut."

"Yyaakk jendeuki, kau tidak membantu sama sekali. Aku seharusnya sekarang sedang kasmaran.. Tapi yang ada dilanda kebingungan. Statusku tidak jelas. Haishh.. Apa aku mengirim pesan saja pada chaeng?"

"Eonnie, chaeyoung saat ini membutuhkan kesendirian.. Jika aku jadi dia aku akan trauma menyatakan perasaan seumur hidupku!!" Jennie menimpali.

"Mwo? Apa kau serius? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi jendeuk. Aku harus pergi ke rumahnya.. Dia harus menjadi brondong gemasku.. Jangan rindukan aku jendeuk, aku pulang dulu. Kau minumlah obatmu.. Beberapa hari ini kau sering memegangi dadamu.. Aku khawatir kau menyembunyikan sesuatu dari kita.Bye iblis kecil."

Jennie menghela nafas berat mendengar ocehan dari sahabatnya yang benar-benar random satu ini. Dia merasakan jika jisoo terkadang bertingkah idiot, tapi dibalik itu semua ia selalu peka dengan orang disekitarnya.

Akhir-akhir ini jennie memang tidak pernah tenang, otaknya selalu dipenuhi dengan rencana melindungi lalisa dari harabojinya.

Sudah bukan satu atau dua kali, orang yang dibayar oleh tuan kim untuk mencelakai lalisa. Beruntung orang-orang jennie tidak kalah hebatnya.

Ia terus merasa waspada, dan ketenangan emosinya mulai memburuk. Sejak lama ia tidak mengonsumsi lagi obatnya, namun baru-baru ini ia mulai meminumnya kembali.

Saat lamunannya mulai jauh, lalisa memeluknya dari belakang. Jennie mencium aroma tubuh yang bisa menenangkannya dibanding obat sekalipun.

"Nini.. Apa yang kau pikirkan.. Kenapa dahimu sampai mengerut?"

I Wov U Jennie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang