18. Please, Don't Go

1.2K 131 11
                                    

Asan Medical Center.

Dua orang berlari terseok-seok. Membawa gadis dipelukannya yang bersimbah darah dengan tubuh kaku dan dingin.

Mencoba berlari sekuat yang ia bisa, lalisa dengan tubuh lemahnya membawa jennie ke ruang gawat darurat rumah sakit.

Pria tua yang mengikuti di belakangnya tersenggal-senggal nafasnya sendiri, tubuhnya ikut merasakan sakit yang ia lihat pada cucu semata wayangnya. Karma telah menampar dirinya dengan sangat keras.

Seulgi yang saat ini mungkin menyadari jika sesuatu terjadi pada jennie, telah memutar arah dari desa jeonju, kembali ke seoul.

Satu-satunya rumah sakit yang lalisa percaya akan membawa jennienya kembali, dengan dokter-dokter terbaik didalamnya.

Jennie segera dibawa oleh tim medis dan diletakkan diatas ranjang perawatan.. Luka tembak yang ia dapatkan di bahu kanannya, dadanya juga lengannya kini masih bersarang didalam tubuhnya.

Raungan lalisa membawa kepiluan seisi ruangan tersebut."Dokter ini kekasihku, dia kekasihku.. Tolong dia dokter.. Kumohon bawa dia kembali..Kumohon..Jebal..Hiks."

Berbeda dengan lalisa, pria tua hanya terus diam membeku melihat tubuh cucunya yang seputih mayat. Apa dia? Tidak!! Cucunya harus selamat. Dengan tatapan kosong ia mencoba tetap berdiri dan waras. Tangannya terus mengepal menahan amarah. Ia marah pada dirinya sendiri membuat semuanya kacau.

Seorang dokter bedah dengan rambutnya yang dikepang mencoba memberi ketenangan dan dengan sigap memeriksa jennie."Tenanglah, kami akan membawanya ke ruang operasi,percayakan pada kami."

Tanpa menunggu lama jennie dibawa ke ruangan dingin disana, lalisa terus menggenggam tangan kekasihnya hingga jennie benar-benar masuk ke dalam ruangan dan pintu tertutup. Genggaman itu akhirnya terpaksa ia lepas.

"Jebal..Jebal selamatkan niniku.. Kembalilah baby..Aku tidak bisa,ini terlalu sakit." Akhirnya lalisa ambruk dilantai dengan bahu bergetar.

Pria tua mencoba mendekat ke arah lalisa, ia merasa bersalah semua ini terjadi karena dendam dirinya. Ia telah memisahkan jennie dan lalisa sedemikian rupa. Sekarang yang ia lihat adalah tangisan menyayat hatinya.

Seandainya waktu bisa diputar ia akan menebus semuanya. Semakin dekat jaraknya dengan lalisa, ia mulai mengulurkan tangannya untuk membantunya bangun. Namun tiba-tiba tubuhnya terpental, pukulan seseorang melayang diwajahnya.

"SIALAN KAU PRIA TUA BAJINGAN.. Apa yang kau lakukan pada putriku? Hah? Kau puas sekarang? Kau ingin membunuh lalisa bahkan putriku? Bangun kau.. Aku akan membunuhmu disini."

Taehyung datang dengan tinjuannya yang membabi buta. Ia tidak lagi melihat pria tua didepannya seorang ayah yang selama ini merawatnya.. Hatinya terlalu sakit.

"TAE CUKUP, cukup yeobo.. Hentikan, hentikan.. Ingatlah little devil kita didalam.. Dia sedang berjuang untuk hidup. Jangan pernah melukai dirimu sendiri untuk laki-laki tua itu. Aku tidak sudi lagi." Han so hee dengan sisa tenaga yang ia miliki mencoba menghentikan suaminya.

Taehyung tidak mendengarkan istrinya, amarahnya telah diujung tanduk. Putrinya yang paling ia jaga, sayangi selama ini mendapatkan luka tembak. Apa yang harus ia lakukan? Ia ingin menukar saja posisinya dengan jennie.

Dia kembali memukuli pria tua didepannya, tuan kim hanya diam ditempat menerima semua pukulan yang putranya berikan. Mungkin ini sesuatu yang pantas ia dapatkan, kesalahannya terlalu banyak. Bahkan, maafpun tidak pantas ia dapatkan.

Lalisa segera bangun dan melerai kim taehyung yang mengamuk seperti singa kelaparan. Tanpa diduga pukulan taehyung mengenai wajah lalisa. Pukulan itu mungkin tidak seberapa dibanding luka yang lalisa terima sebelumnya.

I Wov U Jennie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang