Suara sirine pangkalan berbunyi, melambangkan bahaya yang mengancam.
Masaaki terdampar di dalam ruang khusus. Ia mendengar seruan bahaya di luar sana. Langkahnya gusar, berjalan bolak-balik di ruang tahanan, lantai dingin menyapu jejaknya yang tergesa-gesa. Sebuah kegelisahan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, menyelinap ke dalam hati, menggetarkan setiap serat jiwanya.
Pikirannya melayang ke anaknya yang terpisah dalam situasi genting ini. "Takumi," desisnya dalam kekhawatiran teramat dalam.
***
Di dalam ruang tahanannya, Masaaki merasakan sesuatu di dalam kepalanya. Dia memegangi kepalanya dengan kedua tangan, seolah rasa sakitnya tak tertahankan. Wajahnya meringis kesakitan, teriakannya mememantul di dinding ruangan, terdengar sangat menyedihkan. Seperti gulungan ombak yang tak terkendali, rasa sakit itu merambat perlahan namun pasti, menjalar keseluruh tubuh.
Namun, sesuatu tak terduga terjadi. Seolah-olah Masaaki merasakan terhubung dengan dimensi lain, bola matanya berubah merah, penglihatannya melampaui dinding-dinding ruang tahanan.
Penglihatan itu menggambarkan situasi di tengah hutan, pasukan TLT-J menemukan Takumi, sebelum akhirnya Takumi berubah menjadi Monster memakan semua pasukan. Lalu, gambaran itu berganti dengan cepat. Kali ini, dua pesawat Chroma Chester muncul di langit, dan dia mendengar suara yang tidak berasal dari dunianya sendiri. "Lakukan operasi nomor dua, tembakan semua senjata ke arah Subject-T."
Dalam sekejap gambaran tersebut menghilang, matanya kembali normal, Masaaki menyadari bahwa suara itu adalah suara yang dia kenal, perintah dari Illustrator. Operasi nomor dua merupakan sebuah formasi untuk melakukan pemusnahan.
Sementara itu, di ruang Combat Information Center, Illustrator tengah fokus pada layar monitor. Sinyal ancaman muncul dengan jelas, mendeteksi ancaman yang muncul dari ruang tahanan Masaaki.
Namun, Illustrator seperti merasakan sesuatu yang berbeda. Seolah ada getaran merambat dalam dirinya, sebuah perasaan. Seperti menyampaikan pesan bahwa sinyal itu berbeda, bukan sebagai ancaman. Tapi, dia menghiraukannya.
"Sudah kuduga dia juga akan berubah" gumam Illustrator dalam hatinya, matanya menyapu layar dengan rasa penasaran. Dia berpikir bahwa Masaaki akan segera bermutasi menjadi Beast seperti hal yang terjadi pada anaknya.
Ruang tahanan Masaaki.
Seorang perawat memasuki ruangan itu, diiringi oleh pasukan bersenjata. Langkahnya hati-hati, alat injeksi di tangannya berkilauan. Perawat itu berusaha memberikan suntikan penenang pada Masaaki, yang terus merintih kesakitan.
Pasukan di sekelilingnya memberikan penjagaan, siap bertindak jika terjadi kekacauan. Suasana semakin tegang. Perawat itu perlahan mendekati Masaaki, mencoba memberikan suntikan penenang padanya.
Namun, sebelum jarum bisa menembus kulitnya, Masaaki bergerak dengan cepat, menarik perawat itu ke arahnya. Tubuh perawat itu dikunci erat oleh genggaman tangan Masaaki. Jarum suntik penenang yang sebelumnya berada di tangan perawat sekarang berbalik, mengancam akan menancap pada wajah perawat itu sendiri.
"Arrgg! Tolong!!!" teriak perawat dengan keras, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Masaaki.
"Hentikan!" seru salah satu pasukan, matanya memandang Masaaki yang menahan perawat itu dengan kasar. Senjatanya dipegang erat, siap dilepaskan setiap saat.
"Saya akan membebaskan dia, asal kalian tidak membunuh anak saya. Takumi!" balas Masaaki.
Dirinya mulai mendorong perawat itu dari belakang, memaksanya untuk berjalan keluar dari ruang tahanan. Para pasukan tetap waspada, senjata-senjata mereka terarah pada Masaaki yang memegang kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultraman Nexus: Beyond Destiny
Science FictionSpace Beast dipercayai telah punah. Namun, setelah vaksin diuji coba untuk menyelamatkan manusia pada dua orang subjek, tanpa disadari, salah satu dari mereka berevolusi menjadi monster. Sebuah entitas yang mengancam keselamatan manusia di seluruh...