"Subject-T locked! Mega Lasers, fire!" teriaknya, suaranya menyatu dengan derap mesin Chester Beta.
Seperti orkestra kematian, sayap kanan dan kiri pesawat tempur itu memancarkan sinar laser biru membelah langit. Cahaya itu menyatu, membentuk garis mematikan, menggores langit bagai kilat biru, menuju Subject-T yang sudah tak berdaya. Tembakan menyapu tubuh makhluk buas itu, membuatnya terlempar, lalu menghantam tanah sangat keras.
"Aarrggghhuuum," Subject-T mengaum, suaranya melambung tinggi di langit. Rintihan kesakitannya terdengar begitu panjang, menciptakan keheningan sejenak. Membiarkan dunia menangkap getaran penderitaannya, hingga suara itu perlahan meredup dan sirna.
"Sinyal kehidupannya menghilang," ucap Isamu. Sebuah layar menjadi saksi bisu dari akhir kehidupan Beast 'Subject-T', merekam detik-detik terakhir jantungnya berdetak yang kini sirna dalam ketiadaan.
Angin berbisik lembut di sekitar, seperti membawa pesan perpisahan kepada The Next. Seolah Takumi telah pergi meninggalkan jejak terakhirnya. The Next merasakan desiran angin itu menyapu tubuhnya. Lalu, kobaran amarah meluap dari dalam dirinya.
"Takumi," desis The Next, suaranya menyiratkan kehampaan.
***
Tiba-tiba, Takumi tersadar berdiri di depan rumahnya, meresapi suasana yang kental dengan aroma kenangan. Dia melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna coklat tua, lalu menggeser pelan membukanya.
Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali ia menginjakkan kakinya di sini, namun setiap sudut ruangan seolah menyapanya dengan kehangatan yang tak terlupakan. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja kayu rendah, dikelilingi oleh bantal-bantal empuk sebagai tempat duduk di lantai.
Lantainya dilapisi oleh tatami halus seperti rumah tradisional Jepang pada umumnya. Ruangan ini terasa penuh dengan kelembutan, seperti memeluknya erat, menceritakan kisah-kisah indah masa lalu.
Dua lampu gantung, menggantung anggun di langit-langit, menyoroti setiap detail ruangan dengan cahaya lembut. Pandangan Takumi tertuju pada bingkai foto di sudut meja. Wajah kecilnya tersenyum bahagia di pangkuan ayahnya yaitu Masaaki.
Sementara ibunya yaitu Sakura, memancarkan kehangatan dengan senyum yang tak terlupakan. Foto itu menggambarkan ketulusan dan kebersamaan keluarga, menghadirkan rasa haru di hati Takumi.
Dia memegang erat bingkai itu, seolah mencoba menyatu kembali dengan momen yang terpatri di dalamnya. Namun, suara gemercik air dari luar mengusik lamunannya. Seiring langkah cepatnya menuju halaman belakang, dirinya merasakan getaran emosi yang muncul begitu saja.
Suara gemercik air semakin jelas. Dan di sana, Takumi menemukan ibunya dengan penuh kasih menyiram tanaman-tanaman kecil di halaman belakang.
"Ibu," panggilnya pelan, suara lembutnya terbungkus kejutan dan kebahagiaan. Ia melangkah mendekati ibunya, sementara senyum bahagia merona di wajahnya.
Sakura, sang Ibu, menoleh dengan kelembutan di matanya. Pandangan mata mereka bertemu dalam keheningan penuh makna. "Kemarilah, nak. Lihatlah ini," seru ibunya dengan nada penuh makna, mengundang dirinya untuk mendekat.
Takumi perlahan mendekat. Semakin dekat, lalu ia merasakan tangan lembut sang Ibu menyentuh pundaknya. "Rumah ini..." Takumi terhenti sejenak, napasnya mengambil ruang yang dalam.
"Huuh. Sangat indah," sambungnya, matanya terpana oleh keelokan tempat yang menyimpan banyak kenangan. Seolah mencerminkan kedamaian yang telah lama menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultraman Nexus: Beyond Destiny
Science FictionSpace Beast dipercayai telah punah. Namun, setelah vaksin diuji coba untuk menyelamatkan manusia pada dua orang subjek, tanpa disadari, salah satu dari mereka berevolusi menjadi monster. Sebuah entitas yang mengancam keselamatan manusia di seluruh...