Chapter Fourteen | Siapa Aku Sebenarnya?

89 54 2
                                    


"What... The... Hell...? Kamu berubah menjadi Beast setelah di vaksin. And maybe your dad will be next. Kamu juga memakan ibumu sendiri," terang sang Master, seraya melemparkan serangan kata-kata yang menusuk hati.

"Bullshit!" Takumi menegaskan dengan penuh amarah, memperlihatkan penolakan terhadap fitnah yang dilemparkan padanya.

"Oh, come on, man. Otakmu sepertinya sudah dicuci oleh TLT," balas sang Master dengan sinis, menciptakan ketidakpastian di tengah percakapan mereka.

***

      Sang Master merogoh sakunya, mengambil ponsel genggam miliknya. Dia mencari sesuatu beberapa menit, tampak cahaya ponsel itu menyinari topengnya. Dia memperlihatkan sebuah foto kepada Takumi, sebuah bukti yang dianggapnya tak terbantahkan.

      Foto itu menampilkan Takumi, berubah wujud menjadi Beast yang tertangkap oleh kamera pengawas di rumah sakit. Satu lagi, gambar menunjukkan sosok Beast yang sama, terjatuh dari atap rumah sakit, lalu berubah menjadi Takumi tanpa busana.

      Mata Takumi membulat, tak percaya pada apa yang dilihatnya. Kejadian dalam gambar itu menghantamnya seperti gelombang yang tak terduga. Rasa kebenaran mulai menyusup ke dalam pikirannya, namun tetap ada keinginan keras untuk menolak kenyataan yang begitu menyakitkan.

      "Cukup!" Teriak Masaaki, seolah memperintahkan untuk berhenti berbicara mengenai fakta itu.

      "Oke, silahkan jawab pertanyaan ku sebelumnya," desak sang Master dengan suaranya yang tenang.

      "Observasi telah dilakukan, tidak ada tanda kehidupan Beast didalam tubuh mereka. Dan vaksinnya berhasil membunuh virus HIV, itu kemajuan yang luar biasa dalam bidang kesehatan. Kita tidak mungkin membunuh manusia," terang Nami, mencoba menjelaskan dengan tatapan tajam, tanpa keraguan.

      Namun, jawaban Nami disambut dengan kecurigaan dari sang Master. Ia menolak mentah-mentah penjelasan Nami di hadapannya.

      "Vaksinnya kalian yang buat, merubah salah satu subjek menjadi Beast. Setelah itu, observasi dilakukan oleh kalian sendiri. Dan hasilnya, kalian yang mengumumkan sendiri. Omong kosong apa ini?" balas sang Master, memandang sekelilingnya dengan sikap skeptis yang menandakan ketidakpercayaan mendalam.

      "Baiklah, jika kalian tidak bisa membunuh dua Beast ini. Kami yang akan melakukannya, demi keselamatan masyarakat Jepang," desis sang Master dengan nada dingin yang membelah ketegangan.

      Sang Master memerintahkan anak buahnya untuk menjadi algojo, mengeksekusi Masaaki dan Takumi. "Bunuh mereka berdua! Dimulai dari anak ini," perintah sang Master tanpa keraguan.

      Seorang dari pasukan itu melangkah maju, menggenggam erat pakaian Takumi. Dengan kasar, tubuh Takumi terseret beberapa langkah, menciptakan jarak dengan ketiga tahanan lainnya. Sebuah handgun terangkat, menargetkan kepala Takumi. Mulut senjata itu menempel di keningnya, bayangan kematian pun terasa semakin dekat.

      Tak mampu menyembunyikan kekhawatiran, Masaaki berusaha melindungi anaknya dengan segala daya yang dimilikinya. "Tidak! Bunuh aku terlebih dahulu!" teriaknya. Matanya yang dipenuhi air mata mencerminkan keputusasaan seorang ayah, melihat anaknya di ambang kematian. Masaaki berusaha bangkit dari posisi berlututnya, memberikan perlawanan sekecil apapun yang bisa ia berikan.

      "Diam!" bentak sang Master, suaranya seperti palu yang menghancurkan segala harapan. Ia menendang Masaaki dengan penuh kebencian dan tubuhnya terhempas ke tanah seperti daun yang diterpa angin kencang. Meski tubuhnya terkapar, tetapi matanya memancarkan keberanian yang masih menggebu.

Ultraman Nexus: Beyond DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang