Chapter Twenty Seven | Ultraman Mephisto

40 15 0
                                    


Tak berselang lama, serangan kedua menyambar seperti badai petir ke arah Chester Beta. Api kemarahan merobek udara, menghantam mesin belakang pesawat dengan kekuatan yang tak terbendung. Ledakan dahsyat menciptakan siluet menyilaukan, jatuh tak terkendali menuju permukaan tanah, meninggalkan jejak asap hitam.

"Isamu! Shoera!" teriak Nami dengan suara yang terhempas oleh angin deru ledakan.

***

      "Kami baik-baik saja. Pesawat mengalami kerusakan cukup parah, namun berhasil mendarat dengan baik," sahut Shoera dengan suara yang terdengar samar di antara gemuruh kehancuran. Suasana di dalam pesawat sangat gelap, hanya diterangi cahaya merah darurat dan sisa-sisa dari kobaran api yang masih membara.

      Nami menarik nafas panjang, seolah melepaskan beban besar dari pundaknya. Namun, ketenangan itu berlangsung singkat. Tatapannya terpaku pada layar radar yang berdenting keras, memecah keheningan dengan nada cemas.

      Raksasa Merah menyambar langit, datang menerjang seperti harimau menerkam mangsanya. Pesawat Nami berusaha bergerak lincah, meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan mematikan sang Raksasa Merah.

      Seketika, Dark Mephisto muncul seperti bayangan hitam. Tiba-tiba muncul dan menerjang Raksasa Merah. Hantaman dahsyat Dark Mephisto mengirim Sang Raksasa Merah terhempas menjauh, memungkinkan pesawat Nami untuk menghindar dari bencana yang mengancam.

      Perang sengit antara kedua raksasa pun kembali berlanjut, menciptakan tarian cahaya dan kegelapan. Lalu, Raksasa Merah menyilangkan kedua tangannya lurus ke depan, membentuk tanda 'X'. Tangannya, seolah menari di udara, dilipat ke depan dada, menciptakan aliran listrik.

      Dengan kilat, tangannya melebar ke samping, lalu menyatu di depan membentuk simbol 'plus', mengirimkan aliran laser listrik yang mematikan.

      Dark Mephisto tak gentar, membalas serangan dengan memancarkan sinar energi ungu kehitaman melalui tangannya yang membentuk simbol 'plus'. Bentrokan antara kedua kekuatan itu terjadi, menghasilkan dentuman yang menggetarkan, dan menciptakan ledakan api besar berkobar.

      Ledakan besar itu menghantam kedua raksasa, menyelimuti mereka dalam kilatan api yang mengaburkan batas wujud mereka. Gelombang kejut membelah angkasa, menyapu segala sesuatu di sekitarnya.

      Sementara itu, pesawat Nami berusaha merentangkan jarak dari pusaran ledakan. Namun, gelombang energi yang dihasilkan begitu kuat, menciptakan radiasi sehingga pesawat tak terkendali. 

      Mesin pesawat tersambar oleh ledakan itu, membuatnya meliuk-liuk seperti seekor burung yang terluka. Asap tebal mengepul di dalam kokpit, udara terasa sangat sesak, membuat napas menjadi berat.

      Pandangan Nami mulai memudar perlahan, kesadarannya meredup seiring dengan berkurangnya oksigen di udara yang semakin sulit dihirup. Tubuhnya terasa lemah, dan ketidakberdayaannya semakin terasa di tengah kegelapan yang melilitnya.

      Tiba-tiba, seperti sinar kehidupan menerobos kegelapan, pandangannya yang memudar terkejut oleh kehadiran seseorang dalam kegelapan di sekitarnya. Orang itu bersinar sangat terang, menciptakan cahaya kecil di tengah kehampaan.

      Suara lembut menyapanya, memanggil namanya dengan penuh kehangatan. "Nami."

      Sosok itu semakin mendekat, dan sinarnya perlahan memudar, memperlihatkan wajah yang dikenalnya."Michio," seru Nami dengan campuran keheranan dan kebahagiaan.

      "Nami. Bayangan kegelapan tidak akan pernah hilang. Kita semua tahu, cahaya adalah ikatan. Maka, bayangan kegelapan adalah hasil dari adanya cahaya." ucap Michio, suaranya seperti bisikan angin yang membawa pesan dari dimensi lain.

Ultraman Nexus: Beyond DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang