Dalam gelapnya lorong bawah tanah, Ken meninggalkan Takumi yang berdiri di tengah kehampaan, langkahnya perlahan bergerak semakin menjauh.
"Arrggghh!" teriak Takumi, suaranya memantul di antara dinding yang dingin. Seakan-akan ia ingin mengguncang seluruh lorong dengan kehancuran batinnya yang terusik.
Dia merasakan tekanan yang dahsyat, seolah dirinya yang dahulu kembali. Dunia yang kacau, penuh dengan tangisan yang menyakitkan. Ingatan itu menghantui pikirannya seperti bayangan yang tak pernah pudar, membuatnya terasa kembali terperangkap dalam labirin kegelapan.
Ingatan tentang kejadian masa lalu, satu per satu menusuk pikirannya. Pertengkaran dahsyat antara kedua orang tuanya, melambungkan dirinya kembali ke saat-saat yang penuh kehancuran. Berakhir dengan ayahnya yang pergi meninggalkan rumah dan tidak pernah kembali lagi.
Rasa sakit memberikan luka pada hatinya yang saat itu masih kecil. Perlahan, dia mulai membenci ibunya, menganggap bahwa ibunya lah yang mengusir ayahnya dari rumah. Penyebab dari segala kekacawan ini bermula.
***
Angin malam memeluk rapat kota yang terhampar di bawah langit gelap. Di salah satu sudut perumahan, sebuah bayangan melintas dengan langkah ragu.
Tubuh Takumi, yang dulunya memancarkan kepolosan anak-anak, kini dipenuhi oleh aura kegelapan yang menggelayuti setiap langkahnya. Mata gelapnya mencerminkan kesedihan yang mendalam, seperti cermin bagi jiwa yang terluka.
Takumi—nama itu pun kini menjadi gema lugu masa lalu yang terabaikan. Tak ada lagi senyum di bibirnya, hanya derai kesunyian yang menggema di sudut-sudut hatinya yang paling tersembunyi. Kehidupannya yang dulu cerah dan penuh tawa, kini terbalut dalam lembaran kelam, tak kunjung pudar.
Takumi kecil tumbuh menjadi remaja dengan sifat yang sangat tempramental. Suatu ketika, pertengkaran hebat dengan ibunya tak terhindarkan. Suara-suara teriakan pecah, lalu pisau yang terayun dengan ganas, hampir saja merenggut nyawa yang tak bersalah. Tetapi, nyawa itu diselamatkan oleh seorang tetangga yang menyelinap masuk, mendobrak pintu rumah dan menghentikan niat Takumi yang gelap.
Dari sana, Takumi mengembara ke jalanan, meninggalkan rumah tak pernah pulang. Hidupnya terjerumus ke dalam jurang kelam, di mana mencuri adalah cara bertahan dari kehausan dan kelaparan. Tetapi, bukan hanya tubuhnya yang merana, jiwanya juga terluka.
Setiap hari depresi, seperti badai gelap yang tak kunjung mereda, selalu mengancam untuk menelannya. Dan dalam kegelapan itu, Takumi menemukan pelarian. Teman-teman baru membawa dirinya ke dunia yang lebih gelap lagi, tempat di mana rasa lapar bukan lagi menjadi momok menakutkan.
Zat-zat terlarang menjadi sumber kebahagiaan semu yang mengalir dalam darahnya. Mengkonsumsi narkoba, meminum-minuman alkohol, itu semua membuatnya merasa hidup. Jarum suntik digunakan berulang kali, dipakai secara bergantian bersama teman-temannya. Hanya untuk merasakan sensasi penuh kebahagiaan, dari narkoba yang dimasukkan ke dalam tubuhnya.
Overdosis menjadi titik terendahnya, mengubah hidup Takumi menjadi neraka penuh derita. Efek kecanduannya tak terkendali, tak pernah hilang, selalu menghampiri tanpa pernah bisa berhenti.
Sesekali sambil menegak minuman beralkohol, ia mencoba mengejar sensasi kebahagiaan yang semakin sulit ditemukan. Kemudian, dia mulai sering sakit, tubuhnya kian rapuh, tidak lagi mampu menahan kerasnya obat-obatan.
Terakhir, dirinya jatuh tak sadarkan diri di sebuah rumah tak berpenghuni. Tubuhnya terbaring lemah tanpa harapan. Dia ditemukan oleh kepolisian dalam kondisi kritis, teman-temannya tidak ada yang selamat, tewas dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Dokter mengatakan Takumi terkena virus HIV, penyakit yang menjadi ganjaran dari gaya hidupnya yang rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultraman Nexus: Beyond Destiny
Ciencia FicciónSpace Beast dipercayai telah punah. Namun, setelah vaksin diuji coba untuk menyelamatkan manusia pada dua orang subjek, tanpa disadari, salah satu dari mereka berevolusi menjadi monster. Sebuah entitas yang mengancam keselamatan manusia di seluruh...