Chapter Nineteen | Janji

71 38 30
                                    


Area Hutan

      Srek! Srek! Srek!

      "Huaahh!" Takumi menguap, rambutnya berantakan ketika ia terbangun dari dunia mimpi yang masih memeluknya erat. 

      Suara dedaunan terdengar saling bergesekan, seperti nada alam memecah keheningan pagi di dalam hutan. Sang mentari telah membuang selimut malam, menembuskan sinarnya kedalam rimbunan pepohonan hutan, menciptakan bayangan.

      Beranjak dari posisi tidurnya, Takumi merasakan embusan udara segar, membelai lembut kulitnya. Dengan gemas, tangannya meraih daun cukup lebar disamping, dan ia mendekapnya erat. Cahaya matahari menyapu wajahnya yang terlalu asing dengan sorotan pagi, membuatnya mengedipkan mata beberapa kali.

      Rasa kantuk masih merayap di sudut mata, tapi suara alam mengundang keluar dari alam bawah sadarnya.

      "Ken," bisik Takumi sambil meraih bahu Ken yang masih terlelap dalam tidurnya. "Bangun cepat! Kau dengar suara itu?" lanjutnya, seraya mencoba membangunkan temannya.

      "Haaa?" jawab Ken singkat dengan mata yang masih tertutup rapat. Dia memutar tubuhnya, mencoba untuk menolak kedatangan pagi yang terang dan ceria.

      "Bangunlah, sudah siang ini. Sepertinya ada rusa yang datang, waktunya kita sarapan Ken," ucap Takumi sambil terus menggoyangkan tubuh Ken. 

      Namun, Ken hanya merespon dengan mendengkur pelan. Takumi tersenyum kecut sambil menghela nafas panjang.

      Srek! Srek! Srek!

      Suara itu kembali terdengar di antara rerimbunan dedaunan, seperti bisikan alam yang memanggil. Kini, Ken mengangkat separuh tubuhnya dengan mata yang masih berkunang-kunang. Dia mendengar suara itu, pandangan matanya mulai menelusuri hutan di sekitarnya.

      Takumi tersenyum lebar. "Sarapan kita sudah menunggu, Ken. Ayo, kita ikuti suara itu. Mungkin rusa-rusa hutan juga ingin berbagi pagi bersama kita."

      Ken mengangguk pelan, matanya yang masih setengah tertutup, menyorot semangat yang perlahan menyala di balik kantuknya. Mereka berdua, dengan langkah-langkah yang penuh kegembiraan, memasuki rimba yang penuh keajaiban. Suara itu semakin jelas, mengundang mereka untuk mengikuti jejaknya.

      Hingga akhirnya, mereka tiba di tepi sebuah kolam kecil, dihiasi bunga-bunga liar dengan beragam warna, memancarkan keindahan alam. Namun, keindahan itu terhenti ketika mereka menyadari keberadaan pasukan berseragam militer. Para pasukan itu terlihat sedang beristirahat di sekitar kolam.

      "Shit! Itu mereka," seru Ken terkejut, memecah keheningan pagi.

      Mereka berdua berusaha menyelinap ke balik semak-semak, menyembunyikan diri dari pandangan para pasukan militer TLT-J yang sedang beristirahat. Namun, langkah mereka tak sengaja menggerakkan suatu jebakan tersembunyi.

      Tali tipis, terikat pada pohon-pohon sekitar. Mulai menegang kencang, dan kaleng-kaleng bekas yang melekat pada tali-tali itu bergemuruh. Lalu, suara riuh memecah keheningan pagi seperti senandung tak diundang.

      Kletak! Kletak! Kletak!

      Suara jebakan itu seperti lonceng, membangunkan ketegangan yang terpendam. Satu per satu para pasukan militer itu bangkit. "Siapa itu?" teriak salah satu dari mereka, suara tegasnya mengiris hening pagi,

      Pandangan Ken dan Takumi bertemu, mata mereka saling memancarkan kepanikan. Tanpa berpikir panjang, keduanya berlari menjauhi kolam.

      "Itu mereka!" seru seorang prajurit, menyadari kehadiran Ken dan Takumi. Tangannya teracung, menunjuk tajam ke arah dua sosok yang menjadi target operasi mereka. 

Ultraman Nexus: Beyond DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang