"Menyerahlah! Kalian sudah dikepung," teriak seorang prajurit TLT-J, menggiring keduanya ke ambang kekalahan yang tak terhindarkan.
Takumi memalingkan badannya ke arah Ken, merasa detak jantungnya berdegup semakin cepat. Dia melihat, temannya itu menanggapi hanya dengan menggelengkan kepala. Matanya menyiratkan kebuntuan. Saat itulah, Takumi menyadari, mereka berada pada situasi terjepit, dikelilingi oleh pasukan TLT-J dari segala arah.
Para pasukan mendadak datang dari kiri dan kanan, mengepung mereka seperti binatang buas yang menangkap mangsa tak berdaya. Tak ada tempat persembunyian, tak ada celah untuk melarikan diri. Mereka terpojok, terjebak dalam cengkraman tak terhindarkan pasukan TLT-J.
***
Namun, tiba-tiba suara tembakan menggema. Dar! Ken memberikan perlawanan dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya, menembak seorang pasukan TLT-J dengan ketepatan bidikan senapanya.
Meskipun berhasil menjatuhkan satu prajurit, tindakan tersebut hanya menciptakan situasi yang semakin membuat mereka terdesak.
Tubuh Takumi ditahan, ditarik ke belakang oleh dekapan kuat salah satu pasukan. Senjata laras panjang menodong ke arahnya, dan matanya bertemu dengan ujung dingin laras itu. Di saat yang sama, pasukan lain menghampiri Ken yang terkapar tak berdaya di tanah.
Sepatu bot pasukan itu menginjak perut Ken, menambah derita tak tertahankan akibat luka tembakan. Senjata mematikan diarahkan tepat ke arah kepala Ken yang terkulai.
"Arrgh!" Ken meringis dengan suara tertahan oleh kesakitan.
"Noo!! Tolong hentikan," desis Takumi, seruan terakhirnya tergantung di antara hampa dan keputusasaan.
Namun, langit terdiam, tak ada jawaban, tak ada belas kasihan. Dengan kejam, Takumi dihantam oleh pukulan keras yang membuatnya terhempas ke tanah.
Tiba-tiba, sesuatu yang ganjil terjadi di dalam tubuh Takumi. Ia merasakan kehadiran sesuatu yang tak wajar, sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Ada getaran, denyutan, dan kobaran api di dalam dadanya.
Ia merasakan kekuatan yang menggelegak, ingin keluar, ingin meledak, dan menghancurkan segalanya. Itu bukan lagi dirinya. Perlahan kulitnya retak-retak, matanya berubah bentuk, menjadi seperti mata binatang buas.
Tubuhnya mulai membesar, memanjang, membentuk entitas yang mengerikan setinggi tiga meter. Monster itu muncul, makhluk haus darah dan kehancuran.
Taring dari giginya terlihat tajam, dengan lidah menjulur keluar dari mulut, dan pandangan yang penuh kebinasaan. Semuanya terkejut. Keberadaan makhluk itu memancarkan aura kegelapan, memaksa pasukan TLT-J untuk mundur beberapa langkah.
Senjata-senjata api ditarik, diarahkan ke arah monster, tetapi tembakan yang dilontarkan nampaknya tidak berdaya. Peluru-peluru itu seperti bertemu dinding yang tak terlihat.
"Jangan mendekat! Jangan mendekat!" teriak seorang pasukan, namun monster itu tak terpengaruh.
Monster berdiri di depannya, tubuhnya terjulur seperti bayangan kegelapan yang tak terkalahkan. Ia tidak terpengaruh oleh serangan apapun, seolah-olah kebal terhadap segala bentuk ancaman.
Sang Monster hanya mengikuti naluri dasarnya, membunuh dan memakan semua yang ada di depannya. Ia melompat ke arah pasukan TLT-J, mengoyakkan tubuh mereka satu per satu dengan cakarnya. Lalu, menggigit leher mereka, meminum darah mereka dengan rakus.
"Argghhh!" teriak seorang prajurit, sampai suaranya perlahan hilang ditelan oleh monster yang kini menjadi malaikat kematian di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultraman Nexus: Beyond Destiny
Science FictionSpace Beast dipercayai telah punah. Namun, setelah vaksin diuji coba untuk menyelamatkan manusia pada dua orang subjek, tanpa disadari, salah satu dari mereka berevolusi menjadi monster. Sebuah entitas yang mengancam keselamatan manusia di seluruh...