Sementara itu, sang Algojo, sosok yang sebelumnya tampak begitu yakin, menatap Takumi dengan keraguan yang tak tersembunyikan.
Dia menyelempangkan senapan sniper kebelakang pundaknya, lalu menggambil sebuah Handgun dari balik ikat pinganggnya. Dia memandang teman-temannya yang berlindung, sambil bersiaga dari kemungkinan serangan yang datang dari luar.
Dar! Dar! Dar! Dalam sekejap, peluru berkecepatan tinggi melesat dari senjata sang Algojo, menghantam teman-temannya, sesama anggota Night Readers. Keangkuhan mereka, yang seolah tak tertandingi, kini roboh satu per satu tertembak seperti daun-daun yang berguguran di musim gugur.
***
Sang Master, yang sebelumnya memimpin dengan gagah berani, kini berdiri bingung dan terpana. Bahasa tubuhnya penuh keraguan bertemu dengan tatapan sang Algojo. Senjata handgun ditangan algojo sudah terarah pada dirinya, menjadi ancaman sebagai orang terakhir dari Night Readers yang masih berdiri di dalam ruangan itu.
Sang Master menggelengkan kepalanya, memberikan isyarat dengan tangannya untuk meredakan ketegangan, meminta agar senjata itu diturunkan.
Dar!
"Arrghh!" sang Master meringis kesakitan sambil memegangi kakinya yang mengeluarkan darah, tertembak oleh algojo.
"Dasar penghkinat," teriak Master sambil merentangkan tangannya, membalas dengan tembakan beruntun. Namun, luka pedih di kakinya membuat ketepatannya buyar, peluru demi peluru meleset begitu saja.
"Ayo!" perintah algojo sambil menarik bahu Takumi untuk berdiri. Kemudian, dia membawa Takumi keluar dari gubuk melalui bagian belakang, sambil melindungi pemuda itu dari tembakan sang Master.
Namun, peretempuran belum berakhir. Sebuah suara mengejutkan suasana di dalam ruangan. Pintu depan ruangan itu diterjang dengan kekuatan luar biasa, jatuh dengan gemuruh ke tanah, mengepulkan asap debu.
Seorang pasukan berbaju biru gelap muncul dengan senjata yang siap sedia. Di belakangnya, pasukan berseragam coklat muda dengan rompi anti peluru mengikuti. Mereka mengepung pasukan Night Readers yang sudah terkapar, menyisakan sang Master tertunduk meringis kesakitan.
Michio mengenali sesorang di barisan depan, seragamnya sama dengan dirinya. "Isamu?" ucapnya, suaranya lega di antara debu dan kekacauan.
"Kapten, syukurlah kalian selamat," ujar Isamu, sorot mata tajamnya menelusuri keadaan sekitar. "Takumi? Dimana dia?" tanyanya, matanya penuh kekhawatiran.
Nami menjawab dengan suara terhela, "Dia dibawa kabur oleh satu orang pasukan mereka lewat belakang."
Isamu mengangguk, wajahnya memperlihatkan keseriusan. "Shoera, Takumi dibawa kabur oleh seorang pasukan Night Readers lewat pintu belakang. Jangan biarkan mereka lolos," perintahnya melalui alat komunikasi yang tersemat di telinganya.
Dengan sigap, Isamu bersama dengan pasukan militer TLT-J langsung menyelamatkan Masaaki, Michio, dan Nami yang disandera oleh Night Readers. Mereka melepaskan borgol yang terpasang pada tangan para tahanan itu.
"Biarkan Masaaki tetap terborgol," perintah Isamu kepada pasukan militer TLT-J.
Kemudian, Isamu menghampiri sang Master yang terkapar. Dia menundukan tubuhnya, menekuk kedua lutut yang bertumpu pada telapak kaki, namun pinggulnya tidak menempel pada tanah.
Matanya menatap sang Master yang tak berdaya. Isamu melepas topi sang Master yang menyatu dengan jubah hitamnya, lalu membuka topeng yang tersemat di wajah pria itu. Sebuah wajah yang tak dikenal terkuak di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultraman Nexus: Beyond Destiny
Ciencia FicciónSpace Beast dipercayai telah punah. Namun, setelah vaksin diuji coba untuk menyelamatkan manusia pada dua orang subjek, tanpa disadari, salah satu dari mereka berevolusi menjadi monster. Sebuah entitas yang mengancam keselamatan manusia di seluruh...