Chapter Twenty Three | Bertarung atau Berkorban?

55 31 5
                                    


Beast 'Subject-T' mengaum sekali lagi, seolah terusik dengan keberadaan Masaaki dalam wujud The Next. Tak terduga, Beast itu meluncur maju, tubuhnya yang menyeramkan bergerak begitu cepat, seolah waktu sendiri terasa melambat.

Serangan demi serangan dilepaskan ke arah The Next, pukulan-pukulan mematikan itu terjadi berulang kali. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. The Next tidak berusaha menghindar sama sekali, bahkan tidak membalasnya.

"Takumi! Ini ayah. Masaaki," seru Masaaki yang berwujud The Next. Suaranya penuh keputusasaan, namun tetap berusaha memancarkan kepercayaan.

"Ayah? Masaaki? Aku tidak mengenalmu. Kau adalah pengganggu yang selalu menghalangiku. Aku akan menghancurkanmu," balas Takumi dalam wujud Beastnya. Suara itu, terdengar oleh Masaaki bagai hantaman badai yang menderu. Takumi terus melancarkan serangannya, tanpa ampun.

***

      Masaaki mencoba menembus kegelapan yang meliputi pikiran Takumi. "Jika itu yang kamu inginkan. Tak apa kamu menghancurkanku. Aku menerima itu sebagai bentuk hukuman atas masa lalu yang pernah aku lakukan terhadapmu dan ibumu. Asal kamu berjanji memusnahkan mereka semua yang menyebabkan kamu menjadi seperti ini," ucap Masaaki, suaranya hampir terlupakan oleh derap pukulan yang terus-menerus.

      Percakapan itu terdengar seperti bisikan angin, hanya mereka berdua yang bisa merasakan di tengah dentuman pukulan. Tak ada manusia yang bisa mendengar dialog antara dua kekuatan yang saling berhadapan itu.

      Subject-T berputar, memalingkan badannya ke belakang. Seketika ekornya bergerak dengan cepat mengenai leher The Next, membuatnya terhempas ke tanah. Seolah serangan itu tidak memberikan rasa sakit, The Next segera bangkit.

      Namun, kekuatan tak terduga muncul dari Subject-T. Sebuah cahaya biru menyembur keluar dari mulutnya, membentuk garis cahaya bulat, seperti peluru laser. Serangan itu menghantam dada The Next, menciptakan letupan api yang memekakkan telinga dan menghempaskannya sekali lagi.

      Kali ini, tubuhnya terhempas cukup jauh, melayang sebelum akhirnya mendarat dengan keras di permukaan tanah yang kasar.

      "Huahh!" The Next menjerit, suaranya terbawa angin, mencerminkan keputusasaan yang terpendam.

      Tiba-tiba, sebuah cahaya kuning menyambar dari atas, menyerang Subject-T. Cahaya kuning itu mengenai punggungnya, menciptakan ledakan dahsyat yang merobek daging dan kulitnya. Darah terlihat keluar, berwarna merah kehitaman dari luka tersebut. 

      Cahaya itu berasal dari serangan Dark Mephisto, muncul dari tangan kanannya yang menggenggam alat menyerupai cakaran.

      "Kenapa? Kau seharusnya membantuku menghancurkan pengganggu ini," desak Subject-T, suaranya penuh dengan kekecewaan, mencoba menemukan jawaban dalam ketidakberdayaannya.

      "Mungkin kah, kau belum menyatu sempurna dengan manusia? Kesadaran kau belum sepenuhnya pulih, Mephisto?" lanjutnya, mencoba mencari pemahaman dari Dark Mephisto yang sikapnya terlihat berbeda.

      Dark Mephisto mengabaikan kata-kata itu. Dari ketinggian, ia turun dengan cepat seperti kilat menyambar. Cakarannya meluncur menuju Subject-T, menyerang dengan pukulan keras beberapa kali.

      Pukulan itu menimbulkan percikan api, memaksa Subject-T mundur beberapa langkah, berusaha mempertahankan tubuhnya yang hilang keseimbangan. "Arrgghuummm!" derunya lemah di udara, menyiratkan rasa penderitaannya.

      Sebuah gelombang rasa sakit merayapi setiap serat tubuhnya, memaksa napasnya terengah-engah dalam upaya untuk bertahan. Tangannya yang penuh dengan kekuatan mencengkram erat luka goresan, darah hitamnya menetes ke tanah seperti korban pertempuran yang tak terhindarkan.

Ultraman Nexus: Beyond DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang