Bab 35. PERSIAPAN PERNIKAHAN

488 109 16
                                    

BAB 35. PERSIAPAN PERNIKAHAN

Gisel benar-benar kesal karena ia harus mengalah pada Fera. Ini tidak bisa dibiarkan, ia harus mengerjainya agar kapok dan memilih untuk pergi dari rumah ini seperti dulu. Pagi hari ia gegas ke dapur membuat asisten rumah tangganya keheranan. "Eh, Non, ada perlu apa, bilang saja nanti Bibi yang siapkan." Ia berucap dengan takut karena Gisel jarang sekali ke dapur dan itu bisa membuat Heni marah. Karena putrinya di larang mendekati arena kotor dan bau bumbu.

"Aku cari minyak goreng, mana?" jawabnya sembari melirik ke arah tangga, seolah takut ada yang mengetahui rencananya. Dengan penuh tanya asisten itu memberikan satu botol minyak goreng yang sisa setengah. Dengan cepat ia rebut dan pergi dari sana.

"Duh, buat apaan ya?" gumamnya namun tidak mau terlalu ambil pusing sebab dirinya harus sergera menyelesaikan membuat sarapan.

Sementara anak Heni yang sudah gila itu sengaja menuangkan minyak di depan pintu kamar Fera, lalu ke anak tangga. Ia menahan tawa melihat perbuatannya sendiri, ia yakin sebentar lagi Fera akan keluar lalu terpeleset dan jatuh dari tangga, kalau bisa koma atau mati sekalian agar tidak jadi menikah dengan David.

Ia gegas turun dari sana sembari cengengesan membuat Heni yang baru saja keluar dari kamarnya keheranan. "Kamu kenapa, Sel?" tanyanya sembari merapihkan kancing lengannya yang belum terpasang sempurna.

"Ada deh, nanti juga Mama tahu kok."

"Ah, kamu ini." Ia melihat ke arah atas. "Fera belum turun?"

"Belum," jawabnya sembari melangkah ke arah ruang tamu sembari menunggu makanan siap di meja makan.

Fera yang kesal langsung menaiki anak tangga, sampai dipertengahan tiba-tiba kakinya merasa licin, ia hampir tergelincir, untung masih bisa memegang besi tangga. "Duh, kok licin banget sih...." Ia merasa heran. Bukannya turun, ia justru melanjutkan langkahnya ke atas untuk membangunkan Fera. Pintu kamar sang putri sambung terbuka, saat itulah langkah kakinya dipercepat dan kembali tergelincir hingga terpelanting ke bawah.

"AAAAHHHH!" teriaknya. –Bugh—bugh—bugh. Tubuhnya terpental-pental menuruni tangga hingga tergelatak ke bawah tangga.

Gisel yang mendengar itu langsung menoleh kaget dan teriak histeris. "MAMA!!!" gegas ia berlari menghampiri, sudut bibir sang ibu sudah mengeluarkan darah. Fera yang hendak melangkah merasa kakinya licin dan langsung melihat ke arah bawah, dari sanalah ia sadar apa yang terjadi.

Gunardi keluar dengan tergesa dari kamarnya. "Ada apa ini?!" serunya panik saat melihat sang istri tergeletak dengan sedikit darah dari bibirnya. "Kenapa dengan Mama-mu, Sel?" Ia bersiap membopong.

Gisel langsung menunjuk ke arah atas di mana terdapat Fera yang berdiri tak jauh dari anak tangga. "Kenapa dengan Fera?" Pria tua itu tidak paham.

"Dia yang mendorong Mama dari atas tangga sampai terjatuh seperti ini. Aku melihat dengan mata ku sendiri, Pah!" ucapnya dengan penuh penekanan seolah benar-benar emosi.

Gunardi menatap ke arah sang putri dengan rasa tidak percaya. "Fera...."

"Ya, apa Papa akan menuduhku juga?" Ia berseru dari atas sana, ia tidak bisa turun sebab lantai begitu licin.

Pria tua itu meneguk ludah. "Sudahlah, Pah, cepat bawa Mama ke rumah sakit, lalu laporkan Fera ke Polisi." Ia menarik tangan sang ayah agar gegas membawa ibu kandungnya untuk berobat. Bagaimanapun ia takut hal buruk terjadi karena ulahnya.

***

Kini, Gunardi dan Gisel sudah berada di rumah sakit. Heni tengah mendapatkan pengobatan. "Pah, aku dan Mama sudah curiga kalau kedatangan Fera pasti ada niat buruk. Lihat sekarang, kan? Mama celaka tiba-tiba saat menaiki tangga dan ada Fera di sana. Aku yakin ia kesal karena dibangunkan oleh Mama untuk turun ke bawah, ia pasti kesal dan marah karena diusik oleh Mama. Tapi, apakah harus sampai mendorong tubuh Mama ke bawah?" Ia masih terus mengompori.

BALAS DENDAM SANG ISTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang