Jaevano masih belum kembali ke rumahnya padahal waktu sudah menunjukkan pukul 22.45 malam. Anak itu sedang berada di arena balapan, bersiap untuk mengikuti balap liar seperti sebelum sebelumnya.
Sebenarnya Jaevano malas mengikuti balap liar kali ini karena Daega, musuh bebuyutannya turut mengikuti balap liar hari ini. Namun, ketika ia hendak menolak tawaran balap dari teman-temannya, ia ditertawakan oleh komplotan Daega dan diremehkan, tentu hal itu membuat emosi Jaevano tersulut.
Tanpa pikir panjang lagi, Jaevano mengiyakan tawaran temannya, ia bersedia menjadi lawan Daega lagi.
"Gue yakin lo yang bakal menang, Van! Lo itu yang terbaik! Si Degan itu cuma nggak Terima kalah mulu dari elo, Van! " Ujar Dirga menyemangati Jaevano yang sudah berancang ancang menyiapkan dirinya untuk balap liar yang akan diikutinya beberapa saat lagi.
Jaevano tersenyum mendengar ucapan penyemangat dari temannya. Ia sangat senang karena teman temannya selalu mendukungnya, tak seperti ayahnya yang selalu mengekangnya seakan ia adalah anak kecil yang tidak bisa berlaku bebas seperti teman temannya yang lain.
Dari kejauhan, ada Daega yang memandang Jaevano penuh dendam. Ia mengepalkan tangannya kuat kuat, ia benci terus terusan kalah dari sosok lemah seperti Jaevano.
"Ck.. Gue pastiin lo bakal kalah kali ini, Jaevano". Gumamnya. " Xen, semuanya udah lo siapin, kan? " Tanyanya pada Xenon—salah satu komplotannya yang ada di dekatnya.
Xenon mengangguk. "Udah, bos! Gue yakin kali ini bos yang akan menang".
Daega tersenyum penuh kesenangan.
Balap liar malam ini di mulai saat pistol berisi peluru yang diacungkan ditarik pelatuknya. Motor motor besar di arena balapan mulai mengadu kecepatan, berusaha menenangkan balap kali ini.
Jaevano tampak tenang. Selama beberapa putaran ia terus memimpin di depan. Ia pikir ia pasti menang sekali lagi.
Namun saat ia berada di putaran terakhir, tiba-tiba ada yang aneh dengan motornya. Ia tidak bisa mengendalikan laju motornya, bahkan kepalanya terasa pusing sekali.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Jaevano berusaha tenang meski pandangannya mulai memburam saat ini. Kepalanya sangat pusing, nafasnya pun tak beraturan. Ia berusaha tenang namun karena ia kehilangan konsentrasi, motor Jaevano berujung menabrak pembatas jalan, beruntung ia sempat melompat dari motornya terlebih dahulu namun naasnya, kepalanya terbentur baru besar dengan cukup kuat hingga mengeluarkan banyak darah.
Kepala Jaevano sangat sakit. Pandangannya berputar.
Apa Jaevano akan menyusul Jeno saat ini juga?
Dalam sakitnya, semua memori kelamnya tiba-tiba berputar, rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya, ia mendadak teringat dengan ayahnya.
Perlahan senyuman tersungging di wajahnya yang mengenaskan penuh darahnya itu, bersamaan dengan air matanya yang mengalir.
"A.. Yah.. Uhuk.. No.. No.. Uhuk.. Akhirnya.. Nyusul.. Uhuk!.. A-abang.. "
"A-a.. Yah.. Uhuk! Ngg.. Gak.. Uhuk! Perlu.. Hah.. Lihat.. M-muka.. Nono.. La.. Gi.. Uhuk! Uhuk! "
Setelahnya gelap. Jaevano tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti.
Sementara itu, di kediaman Agnabrita, Davira tampak cemas. Wanita itu menangis di hadapan Jeffandra karena terus kepikiran pada putra sulungnya yang masih belum pulang padahal waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 dini hari.
Segala pikiran buruk terus menguasai dirinya, membuat Davira tak bisa mengendalikan ketakutannya.
"Mas.. Nono belum pulang pulang.. Aku takut dia kenapa-kenapa.. Hiks.. "
Jeffandra menghela nafasnya jengah. Ia lelah mendengarkan tangisan Davira sejak beberapa saat ini. Ia juga khawatir pada Jaevano, namun ia berusaha tenang. Ia tidak ingin terlihat panik di hadapan istrinya itu.
"Dia pasti baik-baik saja, Ra. Aku udah mengirim beberapa orang untuk mencari keberadaannya". Balas Jeffandra sambil mengelus lembut lengan Davira.
" Tapi perasaanku nggak enak, mas.. Aku takut dia kenapa-kenapa.. "
Tak berselang lama, ponsel Jeffandra yang ada di saku pria tersebut tiba-tiba bergetar. Terdapat panggilan masuk dari salah satu orang suruhannya. Ia pun menjauh dari istrinya, mengangkat panggilan tersebut.
"Bagaimana? Apa kalian menemukan keberadaan putraku? " Tanyanya.
"........... "
Deg!
"Saya akan segera ke sana! Beritahu nama rumah sakitnya! "
"......... "
Tut!
Panggilan berakhir. Jeffandra mengusap wajahnya kasar.
"Mas.. Gimana? Nono baik baik aja, kan? " Tanya Davira.
"Jaevano kecelakaan. Sekarang dia di rumah sakit".
Tubuh Davira meluruh saat itu juga.
Hai Haii
Lanjut lagi nihhh
Siapa yang nungguin? (Jawab dongg!)
Semoga kalian suka sama alur ceritanya yaaa
Babaiiii
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side Of Humanity 2 [TAMAT]
FanfictionSetelah kepergian putranya yang sangat menguras air mata, Jeffandra kembali diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk merawat dua anak laki-laki tampan yang lahir tak lama setelah putranya pergi. Si kembar yang pertama bernama Jaevano Briyan Agnabrita...